1.
Pengertian
Religiusitas
Religiusitas adalah hubungan interpersonal
antara manusia dengan Allah SWTnya, serta suatu pola yang mengatur
kehidupan manusia menjadi teratur sehingga pemujaan kepada Allah SWT tidak
terjadi kekacauan (Siswanto, 2007). Religiusitas
adalah sebuah sistem yang memiliki dimensi yang banyak dan diwujudkan dalam
berbagai lingkup kehidupan baik itu yang tampak oleh mata manusia maupun yang
tidak tampak oleh mata manusia (Ancok & Suroso, 1994) .
Religiusitas
adalah
keyakinan yang kuat terhadap apa yang akan terjadi pada
kehidupan manusia itu semata-mata adalah takdir dari Allah SWT (Sari L. M., 2013). Religiusitas
adalah tingkat pengetahuan seseorang terhadap agama yang dianutnya serta suatu
tingkat pemahaman yang menyeluruh terhadap agama yang dianutnya (Glock & Stark, 1970).
2.
Dimensi Religiusitas
Religiusitas
menurut Glock & Stark (1970) terdiri dari lima dimensi antara lain:
a.
Dimensi
ideologi/keyakinan yang berkaitan dengan harapan-harapan dimana seseorang yang religius akan berpegang teguh pada
suatu pandangantertentu serta mengakui akan adanya kebenaran.
b.
Dimensi praktik ibadah
yang meliputi pada perilaku pemujaan,
pelaksanaan ritus keagamaan yang formal, ketaatan serta segala hal yang
dilakukan manusia untuk menunjukkan komitmennya terhadap keyakinan yang dianut.
Praktik-praktik agama ini terdiri dari dua kelas yang penting, yaitu: (1)
Ritual, praktik ini mengacu pada seperangkat ritus, tindakan formal keagamaan
serta praktik-praktik suci yang mengharapkan agar dilaksanakan oleh para
pemeluk. (2) Ketaatan, semua agama yang dikenal juga mempunyai seperangkat
tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan, informal
dan khas.
c.
Dimensi Pengalaman,
berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan, persepsi dan sensasi yang
dialami seseorang atau didefinisikan oleh suatu kelompok keagaman (atau
masyarakat) yang melihat komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esensi dengan Allah
SWT, kenyataan terakhir, dengan otoritas transedental.
d.
Dimensi pengetahuan
agama, mengacu pada harapan bagi seseorang yang beragama paling tidak memiliki
pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi
dari agama yang dianut.
e.
Dimensi Konsekuensi,
mengacu pada sejauh mana ajaran dari keyakinan yang dianut mempengaruhi
perilakunya.
Dimensi
religiusitas menurut Fetzer Institute (1999) terbagi menjadi 12 dimensi antara
lain:
a.
Daily spiritual experienceadalah memandang dampak agama dalam kehidupan
sehari-hari.
b.
Meaning adalah
sejauhmana agama menjadi tujuan hidup.
c.
Value adalah
pengaruh religiusitas terhadap nilai-nilai dalam kehidupan.
d.
Belief adalah
keyakinan akan konsep-konsep yang dibawa oleh suatu agama.
e.
Forgiveness adalah
dimensi yang mencakup lima dimensi turunan yaitu pengakuan dosa, merasa
diampuni oleh Allah SWT, merasa dimaafkan oleh orang lain, memaafkan orang
lain, memaafkan diri sendiri.
f.
Private religious practice adalah perilaku beragama dalam praktek agama dengan
tujuan untuk meningkatkan religiusitasnya.
g.
Religious adalah
koping stres dengan menggunakan pola-pola dan metode religius.
h.
Konsep religious support adalah aspek hubungan
sosial antara individual dengan sesama pemeluk agama.
i.
Religious spiritual history mengukur sejarah keberagamaan seseorang.
j.
Commitment sejauhmana
individu mementingkan agamanya, komitmen serta berkontribusi terhadap agamanya.
k.
Organizational religiousness mengukur sejauhmana seseorang ikut dalam lembaga
keagamaan yang ada dimasyarakat.
l.
Religious preference sejauhmana seseorang membuat pilihan dan memastikan pilihannya.
Dimensi
religiusitas menurut Kendler, dkk (2003) ada tujuh yaitu:
a.
General religiositybagaimana hubungan seseorang dengan Tuhannnya.
b.
Social religiosity bagaimana seseorang membina hubungan dengan sesama penganut agamanya.
c.
Involved God keyakinan
akan keterlibatan Allah SWT dalam segala urusan manusia.
d.
Forgiveness menggambarkan
kepedulian dan saling memaafkan.
e.
God as judge menggambarkan
kekuasaan Allah SWT.
f.
Unvengefulness perilaku
seseorang yang tidak dendam kepada orang lain.
g.
Thankfulness bagaimana
seseorang menggambarkan rasa syukur.
3.
Faktor yang mempengaruhi religiusitas
Religiusitas
menurut Thouless (2000) dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain:
1.
Faktor sosial, meliputi
semua pengaruhsosial seperti, pendidikan dan pengajaran dari orangtua, tradisi‐tradisi
dan tekanan‐tekanan sosial.
2.
Faktor alami, meliputi
moral yang berupa pengalaman‐pengalaman
baik yang bersifat alami, seperti pengalaman konflik moral maupun pengalaman
emosional.
3.
Faktor kebutuhan untuk mendapatkan
harga diri serta kebutuhan
yang timbul disebabkan adanya kematian.
4.
Faktor intelektual
dimana faktor ini menyangkut proses
pemikiran secara verbal terutama dalam pembentukan keyakinan‐keyakinan
agama.
Jalaluddin
(2010) menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
religiusitas seseorang antara lain:
1.
Faktor internal
yaitu faktor yang muncul dari dalam diri seseorang yang mendorong seseorang
untuk tunduk kepada Allah SWT.
2.
Faktor eksternal
yaitu faktor yang meliputi lingkungan masyarakat.Lingkungan keluarga dimana
keluarga adalah sebuah sistem kehidupan sosial terkecil dan merupakan tempat
seseorang anak pertama kali belajar mengenai berbagai hal salah satunya adalah
mengenai religiusitas.
Daradjat
(1996) menjelaskan ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan
religiusitas seseorang antara lain:
1.
Pertentangan batin
atau konflik batin dan ketegangan perasaan yaitu kondisi dimana seseorang
merasa tidak mampu menghadapi berbagai persoalan dalam hidup.
2.
Pengaruh hubungan
dengan tradisi agama meliputi pengalaman pendidikan dan suasana keluarga,
lembaga keagamaan.
3.
Ajakan dan sugesti
yaitu bantuan-bantuan moriil dan material yang dilakukan oleh para pemimpin dan
pemuka agama kepada seseorang yang mengalami kegelisahan dan kesengsaraan dalam
hidup.
4.
Faktor-faktor emosi
yaitu seseorang yang emosional akan dengan mudah menerima nasehat ketika sedang
mengalami persoalan.
5.
Kemauan yaitu
keinginan seseorang untuk bisa hidup lebih baik dan tidak menyerah dengan
keadaan yang mengecewakan.
Sumber
Ancok, D., & Suroso, F. N. (1994). Psikologi islami
solusi islam atas problem-problem psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Daradjat, Z.
(1996). Ilmu jiwa agama. Jakarta: Bulan Bintang.
Fetzer
Institute. (1999). Multidimensional measurement of religiousness,
spiritually for use in health research. National Institute On Aging
Working Group. Kalamazoo: John. E Fetzer Institute.
Glock, C. Y.,
& Stark, R. (1970). Religion and society in tension. San
Francisco: Rand McNally.
Jalaluddin.
(2010). Psikologi agama. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Kendler, K.
S., Liu, X.-Q., Gardner, C. O., McCullough, M. E., Larson, D., &
Prescott, C. A. (2003, Maret). Dimension of religiosity and their
relationship to lifetime psychiatric and substance use disorders. Religiosity
and Psychiatric Disorders , p. 498.
Sari, L. M.
(2013). Tingkat religiusitas dengan kecemasan menghadapi menopause. Jurnal
Online Psikologi , 01 (02), 618-627.
Siswanto.
(2007). Kesehatan mental konsep, cakupan dan perkembangannya.
Yogyakarta: ANDI Yogyakarta.
Thouless, H.
(2000). Pengantar psikologi agama. Jakarta: Rajawali Press.