BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Banyak
teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang
ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi
banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku
(behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan oleh psikolog
Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah
pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori
belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain
seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Teori
belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati.
Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat
menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini
adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan
mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam
teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat
yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Di awal
abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai
ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori
belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku.
Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun
teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun
mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar
lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan
efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul-betul
cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan
efektif.
B. RUMUSAN
MASALAH
1.
Biografi Ringkas B.F. Skinner
2.
Perintis Dari
Behaviorisme Ilmiah Skinner
3.
Behaviorisme
Ilmiah
4.
Pengondisian
5.
Organisme Manusia
6.
Kepribadian yang Tidak
Sehat
C. TUJUAN DAN
MANFAAT
1. Mengetahui biografi ringkas B.F.
Skinner
2. Mengetahui
perintis dari behaviorisme ilmiah Skinner
3. Mengetahui
behaviorisme ilmiah
4. Mengetahui
pengondisian
5. Mengetahui
organisme manusia
6. Mengetahui
kepribadian yang tidak sehat
BAB II
PEMBAHASAN
A. BOIGRAFI
RINGKAS B.F. SKINNER
Burhuss Frederick Skinner lahir 20
Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna. Anak pertama pasangan William Skinner dan Grace Mange
Burrhus Skinner. Ayahnya
adalah seorang pengacara, dan ibunya yang kuat dan cerdas sebagai ibu rumah
tangga. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam
lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat
kuat. Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926
dari Presbyterian-founded Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia
tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun. Pada tahun 1928, ia melamar
masuk program pasca sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh MA
pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala
departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun
1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas
tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif
dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing
ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai
penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik.
Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II. Pada tanggal 18 Agustus
1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia.
Seperti halnya kelompok penganut
psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan
tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The
Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia
mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi
diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The
Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal
berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori
oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970).
Pokok Pemikiran :
· B.F. Skinner meyakini bahwa perilaku
dikontrol melalui proses operant conditioning.
· Berdasarkan berbagai percobaannya
pada tikus dan burung merpati Skinner bahwa unsur terpenting dalam belajar
adalah penguatan.
· Tiga asumsi yang dimiliki Skinner
dalam membangun teorinya:
1. Behavior is lawful (perilaku
memiliki hukum tertentu)
2. Behavior can be predicted (perilaku
dapat diramalkan)
3. Behavior can be controlled (perilaku
dapat dikontrol)
· Functional analysis of behavior:
analisis perilaku dalam hal hubungan sebab akibat, dimana penyebabnya itu
sendiri (seperti stimuli, deprivation, dsb) merupakan sesuatu yang dapat
dikontrol.
· Dua klasifikasi dasar dari perilaku
menurut B.F Skinner: operants dan respondents.
Deskripsi singkat mengenai
pemikiran:
·
Dimana Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku
operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku
tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
·
Pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon
akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi
dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan
positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan
negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas
tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang. Dimana penguatan yang
terbentuk melalui ikatan STIMULUS RESPON kan semakin kuat bila diberi
penguatan. penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan NEGATIF.
·
Skinner juga menekankan mengenai functional analysis of
behavior yaitu analisis perilaku dalam hal hubungan sebab akibat, dimana
penyebabnya itu sendiri (seperti stimuli, deprivation, dsb) merupakan sesuatu
yang dapat dikontrol. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa sebagian besar perilaku
dalam kejadian antesedennya berlangsung atau bertempat pada lingkungan. Kontrol
atas events ini membuat kita dapat mengontrol perilaku.
·
Operant adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme
melakukan sesuatu untuk menghilangkan stimulus yang mendorong langsung.
Contohnya, seek r tikus lari keluar dari labirin, atau seseorang yang keluar
dari pintu. Respondent adalah sesuatu yang dimunculkan, dimana organisme
menghasilkan sebuah respondent sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik.
Contohnya, seekor anjing yang mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium
bau makanan, atau seseorang yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.
B. PERINTIS
DARI BEHAVIORISME ILMIAH SKINNER
Selama berabad-abad, pengamat perilaku manusia telah
mengetahui bahwa manusia pada umumnya melakukan hal-hal yang mempunyai
konsekuensi yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang membawa konsekuensi
yang bersifat menghukum. Akan tetapi psikolog yang pertama kali mempelajari
secara sistematis konsekuensi dari perilaku adalah Edward L. Thorndike, yang
pada awalnya bekerja dengan binatang ( Thorndike, 1898,1913) dan kemudiaan
dengan manusia (Thorndike, 1913). Thorndike mengobservasi bahwa pembelajaran
pada umumnya terjadi karena adanya suatu efek yang mengikuti suatu respons, dan
ia menyebut hasil observasinya sebagai hukum akibat (law of effect). Sebagaimana pertama kali
dirumuskan oleh Thorndike, hukum dari efek ini mempunyai dua bagian. Bagian
pertama menyatakan bahwa respons terhadap suatu stimulus yang diikuti langsung
oleh pemuas cenderung akan “disimpan”;bagian kedua menyatakan bahwa
respons terhadap suatu stimulus yang diikuti langsung oleh penganggu akan
“dibuang”. Kemudian, Thorndike merevisi hukum ini dengan meminimalisasai
signifikansi pengganggu. Ketika penghargan (reward) atau pemuas menguatkan
hubungan antara suatu stimulus dengan suatu respon, hukuman (punishment) atau
pengganggu biasanya tidak melemahkan hubungan tersebut. Artinya, menghukum
suatu perilaku hanya menghambat perilaku tersebut; tetapi tidak “membuangnya”.
Skinner (1954) menerima bahwa hukum akibat sangat krusial untuk mengontrol
perilaku dan melihat pekerjaannnya adalah untuki memastikan bahwa suatu efek
benar-benar terjadi dan efek tersebut terjadi dibawah suatu kondisi optimal
untuk belajar. Ia juga setuju dengan Thorndike bahwa efek dari penghargaan
lebih dapat diprediksi dari pada efek dari hukuman dalam membentuk suatu
perilaku.
Pengaruh kedua dan yang lebih langsung pada Skinner
adalah hasil kerja John B. Watson (J. B. Watson, 1913, 1925; J. B. Watson &
Rayner, 1920 ). Watson telah mempelajari binatang dan manusia, serta yakin
bahwa konsep dari kesadaran dan introspeksi tidak boleh mempunyai peranan dalam kajian ilmiah
mengenai perilaku manusia. Dalam Psychology as the Behavioris Views It, Watson
(1913) berargumen bahwa perilaku manusia, seperti perilaku binatang dan mesin,
dapat dipelajari secara objektif. Dia berargumen tidak hanya pada konsep
kesadaran dan introspeksi, tetapi juga pandangan mengenai insting, sensasi,
persepsi, motivasi, kondisi mental, pikiran dan imageri. Ia menekankan bahwa
masing-masing dari konsep tersebut, berada diluar ranah psikoogi ilmiah. Watson
melanjutkan argumennya bahwa tujuan dari psikologi adalah untuk memprediksi dan
mengontrol perilaku, dan tujuan ini hanya bisa dicapai dengan membatasi
psikologi pada suatu kajian objektif mengenai kebiasan yang terbentuk melalui
hubungan stimulus-respons.
C. BEHAVIORISME
ILMIAH
Seperti Thorndike dan Watson, Skinner bersikeras bahwa
perilaku manusia harus di pelajari secara ilmiah. Aliran behaviorisme ilmiahnya
berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dengan baik tanpa referensi
mengenai kebutuhan, insting, dan motif. Mengatribusikan motivasi pada perilaku
manusia sama saja dengan mengatribusikan kemauan bebas kepada fenomena alam.
Namun kebanyakan psikolog kepribadian berasumsi bahwa manusia termotivasi oleh
dorongan internal dan pemahaman dari dorongan tersebut menjadi penting.
Walaupun Skinner yakin bahwa kondisi internal berada
di luar domain ilmu pengetahuan, ia tidak menolak keberadaannya. Kondisi
seperti rasa lapar, emosi, nilai-nilai, kepercayaan diri, kebutuhan agresif,
keyakinan religious, dan kebencian memang ada, namun tidak menjelaskan suatu
perilaku. Untuk menggunakan kondisi internal sebagai penjelasan, tidak hanya
sia-sia, tetapi juga membatasi kemajuan behaviorisme ilmiah. Ilmuawan lainnya
telah membuat kemajuan yang lebih besar karena telah lama meninggalkan praktik
yang mengatribusikan motif, kebutuhan, atau kekuatan dari keinginan pada
pergerakan dari organisme hidup dan benda-benda mati.
Filsafat
Ilmu Pengetahuan
Behaviorisme
ilmiah memberi ruang untuk interpretasi perilaku, tetapi tidak pada penjelasan
mengenai penyebabnya. Interpretasi mengijinkan ilmuan untuk menggeneralisasi
kondisi pembelajaran yang sederhana kepada konsisi yang lebih kompleks.
Karakteristik
Ilmu Pengetahuan
Menurut Skinner ( 1953 ), ilmu pengetahuan memiliki
tiga karakteristik utama. Pertama, ilmu pengetahuan bersifat kumulatif; kedua,
merupakan suatu sikap yang menghargai observasi empiris; ketiga, ilmu
pengetahuan adalah suatu pencarian atas keteraturan dan hubungan yang
berdasarkan hukum-hukum. Secara khusus, ada tiga komponen sikap ilmiah.
Pertama, ilmu pengetahuan menolak adanya
otoritas. Hanya karena seseorang yang sangat di hormati. Kedua, ilmu
pengetahuan menuntut suatu kejujuran
intelektual, dan hal tersebut menuntut ilmuan untuk menerima suatu fakta
walaupun bertentangan dengan keinginan dan kemauan mereka. Sikap ini tidak
berarti bahwa secara otomatis ilmuwan menjadi sangat jujur daripada orang lain.
Mereka tidak. Ilmuwan dikenal sering memanipulasi data dan salah
menginterpretasikan temuan mereka. Akan tetapi, sebagai sebuah disiplin ilmu,
ilmu pengetahuan menempatkan harga yang tinggi atas kejujuranintelektual karena
jawaban yang benar pada akhirnya akan ditemukan. Para ilmuwan tidak mempunyai
pilihan selain melaporkan hasil atau temuan yang bertentangan dengan harapan
ataupun hipotesis mereka, karena apabila tidak dilakukan, maka orang lain akan
melakukannya, dan hasil terbaru akan menunjukkan bahwa ilmuwan yang telah
melakukan kesalahan dalam menginterpretasikan data tersebut, salah.
Terakhir, ilmu pengetahuan menahan penilaian sampai suatu tren yang jelas menerbitkan suatu
temuan yang belum diverifikasi ataupun diuji dengan cukup. Apabila laporan dari
hasil temuan seorang ilmuwan tidak dapat direplikasi, maka ilmuwan tersebut
akan terlihat bidih, di sisi baiknya, dan tidak jujur di sisi buruknya. Oleh
karena itu, sikap skeptis yang sehat dan kemauan untuk menahan suatu penilaian
menjadi esensial ketika menjadi seorang ilmuwan.
Skinner ( 1953 ) yakin bahwa prediksi, control, dan
deskripsi memungkinkan untuk ada dalam behaviorisme ilmiah, karena perilaku
ditentukan dan berdasarkan hokum-hukum. Perilaku manusia, yang berupa
entitasbologis dan fisik, bukanlah suatu gagasan yang tidak jelas ataupun hasil
dari keinginan bebas ( free will ).
Perilaku manusia ditentukan oleh beberapa variable
yang dapat diidentifikasi dan mengikuti suatu prinsip hukum yang memiliki
batasan jelas, yang berpotensi untuk dapat diketahui. Perilaku yang terlihat tidak
jelas atau tidak terduga, atau ditentukan secara individual, berada diluar
kapasitas ilmuwan untuk memprediksi ataupun mengontrol. Akan tetapi, secara
hipotesis, kondisi ketika hal tersebut terjadi dapat ditemukan, mengizinkan
untuk prediksi dan control serta deskripsi. Skinner memberikan banyak waktunya
untuk menemukan kondisi-kondisi tersebut, menggunakan suatu prosedur yang
disebut pengondisian operan.
D.
PENGONDISIAN
Skinner ( 1953 ) mengenali dua bentuk pengondisian,
klasik dan operan. Melalui pengondisian klasik ( yang disebut Skinner sebagai
pengondisian responden ), suatu respons diperoleh dari sebuah organism dengan
suatu stimulus yang spesifik dan dapat diidentifikasi. Dengan pengondisian
operan ( yang disebut juga sebagai pengondisian Skinnerian ), sebuah perilaku
dibuat lebih mungkin untuk terjadi saat diberikan penguatan secara langsung.
Salah satu perbedaan antara pengondisian klasik dan
operan adalah bahwa pada pengondisian klasik, perilaku diperoleh dari organism, sementara dalam pengondisian operan,
perilaku terpancar. Respons yang
diperoleh dikeluarkan dari organism, sementara respons yang terpancar adalah
yang muncul begitu saja. Oleh karena respons tidak terjadi di dalam suatu
organism, sehingga tidak dapat dikeluarkan,Skinner lebih memilih istilah
”terpancar”. Respons yang terpancar tidak ada sebelumnya di dalam suatu
organism, melainkan hanya muncul karena sejarah individual dari organisme
tersebut mengenai penguatan (reinforcement).
Pengondisian
Klasik
Dalam pengondisian klasik, suatu stimulus netral (conditioned) dipasangkan beberapa kali
dengan suatu stimulus yang tidak dikondisikan (unconditioned) sampai mampu membawa sebuah respons yang sebelumnya
tidak dikondisikan menjadi respons yang terkondisi. Perilaku reflex termasuk
contoh palig sederhana. Sinar yang ditujukan ke mata menstimulasi pupil untuk
menutup,makanan yang diletakkan di lidah membuat air liur keluar, dan lada di
lubang hidung mengakibatkan reflex bersin. Dengan perilaku reflex, respons
tidak dipelajari, tidak bersifat sukarela, dan umum., tidak hanya dalam satu
spesies, namun pada spesies-spesies lainnya.
Akan tetapi, pengondisian klasik tidak terbatas hanya
pada reflex sederhana. Pengondisian ini juga dapat bertanggungjawab atas
pembelajaran manusia yang lebih kompleks, seperti fobia,ketakutan, dan
kecemasan.
Kunci
penting dari eksperimen pengondisian klasik adalah dalam membuat pasangan dari
stimulus yang dikondisikan dengan stimulus yang tidak dikondisikan, sampai
kehadiran dari stimulus yang dikondisikan cukup untuk memperoleh stimulus yang
tidak dikondisikan.
Pengondisian
Operan
Kunci dari pengondisian operan adalah penguatan yang
langsung dari sebuah respons. Kemudian, penguatan akan meningkatkan kemungkinan
dari perilaku yang sama untuk terjadi lagi. Pengondisian ini di sebut dengan
pengondisian operan karena organism beroperasi dalam suatu lingkungan untuk
menghasilkan suatu efek yang spesifik. Pengondisian operan dapat mengubah
frekuensi dari respons atau kemungkinan suatu respons akan terjadi. Penguatan
tidak menyebabkan suatu perilaku, namun meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku
tersebut akan diulang lagi.
Ø Pembentukan
Pembentukan (shaping)
adalah suatu prosedur ketika peneliti atau lingkungan memberikan suatu
penghargaan atas perkiraan kasar dari perilaku tersebut., lalu perkiraan yang
lebih dekat, dan terakhir, perilaku yang diinginkan tersebut. Melalui proses penguatan perkiraan berkala, peneliti atau lingkungan secara bertahap
membentuk suatu kumpulan yang kompleks dan final dari perilaku (Skinner, 1953).
Suatu respons
terhadap lingkungan yang mirip tanpa adanya penguatan sebelumnya disebut generalisasi stimulus. Salah satu
contoh generalisasi stimulus, yaitu pembelian tiket oleh manusia tidak
melakukan generalisasi dari satu situasi kepada situasi yang lain, namun mereka
bereaksi pada situasi baru dalam bentuk yang sama dengan cara mereka bereaksi
sebelumnya, karena kedua situasi memiliki elemen yang identik,yaitu membeli
tiket untuk salah satu konser rock mempunyai
elemen-elemen yang identik dengan membeli tiket untuk konser rock yang berbeda. Skinner (1953)
menyebutkan, “Penguatan sebuah respons meningkatkan kemungkinan dari setiap respons
yang mempunyai elemen yang sama” (hlm. 94)
Ø Penguatan
Menurut Skinner
(1978a),penguatan (reinforcement) memiliki dua efek: memperkuat perilaku dan memberikan penghargaan pada orang tersebut. Oleh
karena itu, penguatan dan penghargaan tidak sama. Setiap perilaku diberi
penguatan tidak selalu bersifat memberikan penghargaan ata menyenangkan bagi
orang tersebut.
Setiap perilaku
yang meningkatkan kemungkinan bahwa suatu spesies atau seseorang untuk bertahan
hidup, cenderung akan menguat. Makanan, seks, dan perhatian orang tua sangat
penting untuk kemampuan bertahan hidup suatu spesies dan setiap perilaku yang
menghasilkan kondisi ini akan diberi penguatan. Cedera, penyakit, dan iklim
yang ekstrem bersifat merusak kemampuan bertahan hidup, dan setiap perilaku
yang cenderung mereduksi atau menghindari kondisi ini juga akan diberi
penguatan. Oleh karena itu, penguatan dapat dibagi menjadi yang menghasilkan
kondisi lingkungan yang bermanfaat dan yang mereduksi atau menghindari kondisi
yang merusak. Penguatan pertama disebut penguatan positif (positive reinforcement) dan yang kedua disebut penguatan negative (negative reinforcement).
Penguatan
Positif
Setiap
stimulus yang saat dimasukkan dalam suatu situasi, meningkatkan kemungkinan
bahwa suatu perilaku akan terjadi disebut penguat
positif (positive reinforcement)
(Skinner, 1953). Contoh umum dari penguat positif, yaitu makan, air, seks,
uang, persetujuan social, dan kenyamanan fisik.
Penguatan Negativ
Menghilangkan suatu
stimulus yang tidak disukai dari suatu situasi dari situasi dapat meningkatkan
kemungkinan bahwa perilaku sebelumnya akan terjadi. Menghilangkan hal tersebut dapat berakibat pada penguatan negative (negative reinforcement) (Skinner, 1953).
Reduksi atau menghindari suara-suara keras, hal-hal yang mengagetkan, dan rasa
lapar yang menyakitkan akan menguatkan secara negative karena hal-hal tersebut
menguatkan perilaku yang ada sebelumnya. Penguatan negative berbeda dari
penguatan positif karena menuntut adanya suatu kondisi yang dihindari,
sementara penguatan positif meliputi adanya stimulus yang menguntungkan. Akan
tetapi, efek penguatan negative identik dengan penguatan positif. Beberapa
orang makan karena mereka menyukai suatu makanan, yang lainnya makan untuk
menghilangkan rasa lapar yang menyakitkan.
Untuk
kelompok orang pertama, makanan adalah penguatan positif, sementara untuk
kelompok orang yang kedua, menghilangkan rasa lapar adalah penguatan negative.
Dalam dua kondisi, perilaku makan diperkuat karena konsekuensinya bersifat
menguntungkan.
Hukuman
Penguatan negative menghilangkan, mereduksi, dan menhindari stimulus
yang tidak menyenangkan, sementara hukuman
(punishment) adalah pemberian
stimulus yang tidak menyenangkan, seperti setrumen, atau menghilangkan stimulus
yang menyenangkan, seperti memutuskan telepon seorang remaja. Penguaran
negative menguatkan suatu respons, sementara hukuman tidak. Walaupun hukuman
tidak menguatkan suatu respons, tetapi tidak secara langsung melemahkan respons
tersebut. Skinner (1953) setuju dengan Thorndike bahwa efek dari hukuman lebih
tidak dapat diprediksi dibandingkan efek dari penghargaan.
1. Efek
dari hukuman
Efek dari hukuman bukanlah kebalikan dari efek
penguatan. Saat factor-faktor dalam penguatan dapat dikontrol dengan ketat,
perilaku dapat dengan akurat dibentuk dan diprediksikan. Akan tetapi, dengan
hukuman, akurasi seperti itu mungkin tidak terjadi. Alas an dari perbedaan ini
cukup sederhana. Hukuman biasanya diberikan untuk menahan seseorang bertindak
dengan cara tertentu. Saat hal tersebut berhasil, orang akan berhenti bertindak
dengan cara tersebut, namun mereka tetap harus melakukan sesuatu. Apa yang akan
mereka lakukan tidak dapat diprediksikan secara akurat karena hukuman tidak
memberitahu apa yang harus dilakukan, hukuman hanya menekan kecendurungan untuk
bertindak dalam suatu cara yang tidak diinginkan. Pada akhirnya, salah satu
efek dari hukuman adalah untuk menekan perilaku. Sebagai contoh, apabila
seorang anak laki-laki menjahili adik perempuannya, orangtuanya dapat
membuatnya berhenti melakukan hal tersebut dengan memukul pantatnya. Sayangnya,
hukuman ini tidak akan meningkatkan disposisinya tergadap adiknya. Hukuman
hanya menekan kejahilannya untuk sementara atau selama orang tuanya ada di
sekitarnya.
Efek lainnya
dari adalah pengondisian atas perasaan
negative dengan mengasosiasikan stimulus kuat yang tidak disenangi dengan
perilaku yang diberi hukuman.
Dalam
ilustrasi diatas, apabila rasa sakit karena dipukul cukup kuat, maka hal
tersebut akan memunculkan respons yang tidak sebanding dengan perilaku
menjahili adiknya. Di masa depan, apabila anak laki-laki tersebut berpikir
untuk memperlakukan adiknya dengan tidak baik, pikiran memunculkan respons
pengondisian klasik, seperti rasa takut, kecemasan, rasa bersalah. Emosi
negative ini kemudian berfungsi untuk menahan perilaku yang tidak diinginkan
untuk kembali terjadi. Sayangnya, hal ini tidak memberikan instruksi positif
kepada anak tersebut.
Hasil ketiga
dari hukukman adalah dalam penyebaran
efeknya. Setiap stimulus yang diasosiasikan dengan hukuman mungkin akan
ditekan. Dalam contoh diatas, anak laki-laki tersebut hanya dapat relajar untuk
menghindari adik perempuannya, menjaga jarak dengan orangtuanya, atau
mengembangkan perasaan negative terhadap pemukul atau tempat pemukulan terjadi.
Sebagai hasilnya, perilaku anak laki-laki tersebut terhadap keluarganya menjadi
maladaptive. Sementara perilaku tidak tepat ini bertujuan untuk menghindari
hukuman di masa depan. Skinner mengakui mekanisme pertahanan diri klasik
Freudian sebagai cara yang efektif dalam menghindari rasa sakit dan kecemasan
yang mengiringinya. Orang yang dihukum mungkin akan berfantasi, memproyeksikan
perasaan mereka kepada orang lain, merasionalisasi perilaku agresif, atau
melakukan displacement terhadap orang
lain.
2. Perbandingan
antara Hukuman dan Penguatan
Hukuman
mempunyai beberapa karakteristik yang sama dengan penguatan. Seperti adanya dua
macam penguatan ( positif dan negative ), terdapat dua macam hukuman. Hukuman
pertama membutuhkan pemberian stimulus yang tidak di sukai, sedangkan hukuman
yang kedua melibatkan penghilangan suatu penguatan positif. Contoh dari hukuman
yang pertama adalah rasa sakit yang dirasakan karena jatuh ditrotoar bersalju
akibat berjalan terlalu cepat. Contoh hukuman yang kedua adalah denda yang
sangat tinggi yang dikenakan pada seorang pengendara motor akibat mengendarai
motor terlalu cepat. Contoh yang pertama merupakan hasil dari kondisi alami,
sementara yang kedua mengikuti suatu intervensi dari manusia. Kedua tipe
hukuman ini menguak karakteristik kedua yang sama antara hukuman dan penguatan.
Keduanya dapat diperoleh dari konsekuensi alami ataupun diberikan oleh orang
lain.
Karakteristik
yang terakhir, hukuman dan penguatan sama-sama merupakan cara untuk mengontrol
perilaku, baik control yang sudah dirancang ataupun yang terjadi kebetulan.
Penguat yang dikondisikan dan digeneralisasi
Penguat yang dikondisikan adalah stimulus lingkungan yang secara alami
memuaskan, namun menjadi seperti itu karena diasosiasikan dengan penguat primer atau yang tidak
dipelajari, seperti makanan, air, seks.
Skinner (1953)
mengenal lima penguat penting yang digeneralisasi dan
mempertahankan banyak perilaku manusia: perhatian, persetujuan, afeksi, dan
lain-lain. Masing-masing penguatan tersebut dapat digunakan dalam beragam
situasi.
Jadwal penguatan
Penguatan dapat mengikuti suatu perilaku dalam jadwal yang berkelanjutan
atau dalam jadwal yang acak dan tidak teratur. Dengan jadwal yang berkelanjutan, organism diberikan penguatan untuk
setiap respons. Jadwal ini meningkatkan frekuensi munculnya respons namun
menrupakan penggunaan penguatan yang tidak efisien. Skinner lebih memilih jadwal yang acak, tidak hanya karena
cara ini lebih efisien dalam penggunaan penguatan, tetapi juga karena
menghasilkan respons yang lebih resisten terhadap kemusnahan (extinction). Ferster dan Skinner (1957)
menyadari adanya banyak jadwal penguatan, namun hanya empat jadwal acak yang
mendasar, yaitu rasio-tetap,
rasio-bervariasi, interval-tetap, dan interval-bervariasi.
~
Rasio-Tetap
Dengan jadwal rasio-tetap (fixed-ratioschedule), organisme
diberikan penguatan secara acak, bergantung jumlah respons yang diberikan.
Rasio merujuk pada rasio respons terhadap penguatan.
Secara teknis, hampir
tidak ada skala pembayaran untuk manusia yang mengikuti rasio-tetap atau jadwal
lainnya, karena pekerja biasanya tidak mulai dibayar dengan suatu jadwal
pemberian pengustan langsung yang kontinyu. Suatu
perkiraan dari jadwal rasio-tetap mungkin adalah gaji dari seorang pemasang
batu bata yang menerima sejumlah uang tetap untuk setiap batu bata yang
dipasangnya.
~
Rasio-Bervariasi
Dengan jadwal rasio-bervariasi (variable-ratio schedule), organism diberikan penguatan setelah respons ke-n
berdasarkan rata-rata. Sekali lagi,
pelatihan harus dimulai dengan pemberian penguatan yang kontinu, kemudian
dilanjutkan dengan jumlah respons yang sedikit, lalu dinaikkan untuk interval
respons yang lebih tinggi.
Untuk manusia,
memainkan mesin slot adalah contoh dari jadwal rasio-bervariasi. Mesin tersebut
diatur untuk memberikan hadiah dalam kecepatan tertentu, namun rasionya harus
tetap fleksibel, atau bervariasi, untuk menghindari pemain memprekdisikan
keluarnya hadiah.
~
Interval-Tetap
Dengan jadwal interval-tetap (fixed-interval schedule), organisme
diberikan penguatan untuk respons pertama yang mengikuti suatu periode waktu
yang sudah dirancang.
~
Interval-Bervariasi
Jadwal interval-bervariasi (variable-interval
schedule) adalah jadwal ketika
organism diberi penguatan setelah jangka waktu yang acak atau berbeda-beda.
Kepunahan
Respons dapat menghilang karena empat alas an. Pertama, respons
terlupakan seiring berjalannya waktu. Kedua, dan lebih mungkin terjadi, respons
dapat menghilang karena adanya gangguan dari pembelajaran sebelumnya atau
sesudahnya.
Ketiga, respons dapat menghilang karena adanya hukuman.
Penyebab keempat, adalah kepunahan-kecenderungan
dari respons ysng sebelumnya telah dipelajari untuk secara bertahap mulai
melemah setelah tidak adanya penguatan.
Kepunahan operan terjadi saat seorang peneliti secara sistematis menahan penguatan untuk
suatu respons yang telah dipelajari sebelumnya sampai kemungkinan respons
terjadi menurun sampai angka nol. Kecepatan dari kepunahan operan sangat
bergantung dari jadwal penguatan saat pembelajaran terjadi.
E. ORGANISME
MANUSIA
Menurut
Sinner (1987) perilaku manusia dan kepribadian manusia dibentuk oleh tiga
kekuatan : (1) seleksi alam, (2) praktik budaya, (3) sejarah seseorang atas
penguatan yang diterimanya. Akan tetapi, pada akhirnya seleksi alam, sejak
pengondisian operan adalah suatu proses yang berevolusi dan praktik budaya
menjadi aplikasi spesialnya.
Seleksi Alam
Kepribadian
manusia adalah hasil dari sejarah evolusi yang panjang. Sebagai individu,
perilaku kita ditentukan oleh komposisi genetis dan terutama oleh sejarah
pribadi kita atas penguatan yang diterima. Akan tetapi sebagai spesies kita
dibentuk oleh faktor-faktor dari kemampuan bertahan hidup, Seleksi alam
mempunyai peranan penting dalam kepribadian manusia.
Perilaku
yang bersifat menguatkan cenderung akan diulangi yaitu yang tidak cenderung
mengutkan akan dibuang. Serupa dengan hal tersebut, perilaku yang sepanjang
sejarah telah bermanfaat untuk suatu spesies akan bertahan, sementara yang
menguatkan hanya untuk orang-orang tertentu cenderung akan dibuang. Sebagai
contoh, seleksi alam lebih condong pada seseorang yang pupil matanya akan
berdilatasi dan berkontraks dengan perubahan percahayaan. Kemampuan superior
yang membuat mereka dapat melihat di siang dan malam hari, membantu mereka
menghindari bahaya yang mengancam hidup mereka dan untuk bertahan hidup sampai
usia reproduksi mereka. Serupa dengan hal tersebut, bayi yang ke arah dimana
pipinya dielus dengan lembut, dapat menghisap sehingga meningkatkan
kemungkinannya untuk bertahan hidup dan kemungkinan untuk karateristik rooting
ini diturunkan pada anak-anaknya. Hal tersebut adalah adalah dua contoh atau
beberapa reflex yang menjadi karateristik bayi manusia saat ini. Beberapa
reflex seperti reflex pupil, terus mempunyai nilai kemampuan bertahan hidup,
sementara yang lainnya seperti reflex rooting mempunyai manfaat yang semakin berkurang.
Walaupun
seleksi alam membantu beberapa perilaku manusia, namun seleksi alam
memungkinkan hanya bertanggung jawab atas sebagian kecil dari tindakan manusia.
Skinner (1989) menyatakan bahwa faktor-faktor dari penguatan, terutama yang
telah membentuk budaya manusia, menjelaskan kebanyakan dari perilaku manusia.
Evolusi Budaya
Skinner
lebih suka mengelaborasikan secara penuh pada kepentingan budaya dalam
pembentukan perilaku manusia. Seleksi
bertanggung jawab atas praktik budaya yang telah bertahan sebagaimana seleksi
memiliki peranan kunci dalam sejarah evolusi manusia dan juga faktor-faktor
dari penguat.
Sisa-sia
budaya, seperti juga dari seleksi alam tidak semuannya bersifat adaptif.
Sebagai contoh, divisi pekerja yang muncul dari revolusi industry telah
membantu masyarakat untuk memproduksi lebih banyak barang, namun hal tersebut
mengarah pada pekerjaan yang tidak lagi menguatkan secara langsung. Contoh lain
adalah peperangan, ketika dalam dunia pra-industrisasi memberikan manfaat bagi
beberapa masyarakat, namun saat ini telah berubah menjadi suatu ancaman bagi
keberadaan manusia.
Kondisi
Internal
Walaupun menolak penjelasan dari
perilaku yang ditemukan dalam konstruk hipotesis yan bersifat tidak dapat
diobservasi, Skinner tidak menyangkal adanya kondisi internal seperti perasaan
cinta, kecemasan atau ketakutan. Kondisi internal dapt dipelajari sama perilaku
lainnya namun tentu saja observasi mereka terbatas.
1. Kesadara
Diri
Skinner (1974) yakin bahwa manusia
tidak hanya mempunyai kesadaran, tetapi juga mengetahui atau menyadari
kesadaran mereka tersebut. Mereka tidak hanya mengobservasi stimulus eksternal
\, tetapi juga sadar bahwa mereka sedang mengobservasi stimulus tersebut.
Perilaku adalahsuatu fungsi dari
lingkungan dan bagian dari lngkunga yang berada di dalam seseorang. Bagian
kehidupan ini adalah khusus milik seseorang sehingga bersifat personal. Setiap
orang secara bersifat subyektif sadar akan pikiran, perasaan, ingatan dan
intensinya.
2. Dorongan
Dari sudut pandang behaviorisme
radikal, dorongan bukanlah penyebab dari perilaku namun lebih merupakan suatu
penjelasan fiktif. Bagi Skinner (1953), dorongan hanya merujuk pada dampak
kekurangan dari pemuasan atas sesuatu dan pada probobalitas yang berkaitan
dengan sesuatu yang akan direspon oleh organism. Untuk membuat seseorang
kekurangan makanan akan meningkatkankemungkinan untuk makan, untuk memuaskan
seseorang akan menurunkan kemungkinan tersebut.
Akan
tetapi, kondisi kekurangan dan puas bukanlah satu-satunya yang berkorelasi
dengan perilaku makan. Faktor-faktor lain yang meningkatkan atau menurunkan
kemungkinan seseorang untuk makan adalah rasa lapar yang diobservasi secara
internal, ketersediaan makanan dan pengalaman terdahulu dengan penguatan
perilaku berupa makanan.
3. Emosi
Skinner (1974) mengenali keberadaan
subyektif dari emosi, namun ia bersikeras bahwa perilaku tidak dapat
diatribusikan pada emosi. Ia menjelaskan emosi melalui faktor-faktor dari
kemampuan bertahan hidup dan faktor-faktor penguatan. Sepanjang millennium,
seseorang yang mempunyai kecenderungan kuat terhadap rasa takut ataupun
kemarahan adalah mereka yang berhasil selamat atau meraih kemenangan atas suatu
kondisi berbahaya, sehingga mampu menurunkan
karateristik ini pada keturunannya. Pada level perseorangan perilaku
yang diikuti oleh rasa senang, kegembiraan, kenikmatan dan emosi-emosi
menyenangkan lainnya cenderung akan mendapat penguatan, sehingga meningkatkan
kemungkinan perilaku ini akan terulang dalam kehdupan orang tersebut.
4. Tujuan
dan Intensi
Skinner (1974) juga mengenali konsep
tujuan dan intense, namun sekali lagi, ia memperingatkan untuk tidak
mengatribusikan perilaku pada kedua konsep tersebut. Tujuan dan intense ada
dalam diri seseorang. Namun tidak dapat diteliti secara langsung dari luar.
Tujuan yang terasa dan sedang dilakukan dengan sendirinnya mungkin bersifat
menguatkan. Sebagai contoh, seseorang
dapat memiliki intense untuk menonton film pada jumat sore karena menonton film
yang serupa telah memberikan efek yang menguatkan. Pada saat orang tersebut
ingin pergi menonton film, ia merasakan kondisi fisik dari dalam dirinnya dan
memberikan label “intense”. Oleh karena itu, apa yang disebut intesi atau
tujuan adalah stimulus yang terasa secara fisik dari dalam orgamnisme dan bukan
suatu peristiwa mental yang bertanggung jawab atas suatu perilaku. Konsekuaensi
dari perilaku operan bukanlah untuk apa perilaku tersebut sekarang,
konsekuensinnya keduannya hamper sama dengan konsekuensi yang telah terbentuk
dan mempertahankannya.
Perilaku
Kompleks
Perilaku manusia dapat menjadi
sangat kompleks, tetapi skinner yakin
bahwa bahkan perilaku yang paling abstrak dan kompleks terbentuk dari seleksi
alam, evolusim budaya dan sejarah seseorang atas penguatan yang diterimanya.
Sekali lagi, Skinner tidak menyangkal adanya proses mental tingkat tinggi
seperti kognisi dan mengingat. Ia juga tidak melupakan usaha-usaha kompleks
manusia, seperti kreativitas, perilaku yang tidak disadari, mimpi dan perilaku
social.
1.
Proses Mental Tingkat
Tinggi
Skinner
(1974) mengakui bahwa pikiran manusia adalah hal yang paling sulit dinalisis
dari semua perilaku manusia, tetapi setidaknya berpotensi untuk dimengerti
selama seseorang tidak beralih pada hipnotis fiktif seperti “mind”. Berfikir,
memecahkan masalah dan mengingat kembali merupakan perilaku yang dapat
terlihat, yang mengambil tempat didalam diri seseorang, tetapi tidak didalam
pikiran. Sebagai perilaku, contoh tersebut juga dapat dijelaskan melalui
faktor-faktor penguatan yang samadengan perilaku yang dapat dilihat (overt
behavior). Sebagai contoh, saat seseorang lupa dimana ia menaruh kunci
mobilnya, ia akan mencarinya karena perilaku mencari yang serupa telah
diberikan penguatan berdasarkan pengalaman sebelumnya.
2. Kreativitas
Mengenai kreativitas, Skinner (1974) membandingkan perilaku
kreatif dengan seleksi alam dalam teori evolusi. “Sebagai suatu sifat yang
tidak disengaja, yang muncul dari mutasi, diseleksi atau kontribusinnya pada
kemampuan bertahan hidup, maka variasi yang tidak disengaja dalam perilaku
diseleksi berdasarkan faktor-faktor penguat mereka. Sama seperti bagaimana
seleksi alam menjelaskan perbedaan diantara spesies tanpa bergantung pada suatu
pikiran kreatif yang Maha Kuasa. Behaviorisme menjelaskan perilaku yang
inovatif dan baru tanpa menghiraukan pikiran kreatif yang personal.
Bagi Skinner kretifitas hanyalah suatu perilaku (overt maupun
covert) yang random dan tidak disengaja yang mendapatkan suatu penghargaan
tertentu. Fakta bahwa beberapa orang lebih kretif dari pada orang lain adalah
karena adanya perbedaan genetis dan perbedaan pengalaman yang membentuk
perilaku kreatif mereka.
3. Perilaku
yang Tidak Disadari
Sebagai penganut behaviorisme radikal, Skinner tidak dapat
menerima gagasan bahwa ada suatu gudang dari ide dan emosi yang tidak disadari.
Akan tetapi, ia menerima perilaku yang tidak disadari. Malah, karena manusia
jarang mengobservasi hubungan antara variable genetic, lingkungan dan perilaku
mereka sendiri, hamper semua perilaku kita termotivasi secara tidak sadar.
Dalam pembahasan yang terbatas, perilaku disebut tidak sadar saat seseorang
tidak lagi memikirkan tentang hal tersebut, karena telah ditekan memalui hukum.
Perilaku yang mempunyai konsekuensi yang tidak menyenangkan mempunyai
kecederungan untuk dilupakan atau tidak lagi berada didalam pikiran. Seorang
anak yang dihukum secara berulang dan dengan keras karena permainan yang
bersifat seksual, mungkinakan menekan perilakunya sekaligus menahan pikiran
atau ingatan mengenai aktivitas seksual tersebut telah terjadi. Penyangkalan
seperti itu menghindari aspek yang tidak diinginkan, yang berkaitan dengan
pkiran mengenai hukuman dan kemudian menjadi suatu penguat negative. Dengan
perkataan lain, anak tersebut akan terdorong untuk tida berfikir mengenai suatu
perilaku seksual.
4. Mimpi
Skinner (1953) melihat mimpi sebagi suatu bentuk perilaku
yang tertutup dan simbolis, yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penguatan
sebagaiman perilaku pada umumnya. Ia setuju dengan Freud bahwa mimpi dapat
berfungsi untuk tujuan pemenuhan keinginan. Perilaku bersifat menguatkan saat
stimulus seksual atau agresif akhirnya dapat diekspresikan. Untuk mempraktika
fantasi seksual dan untuk benar-benar menyakiti seorang musuh adalah dua
perilaku yang mungkin diasosiasikan dengan hukuman. Bahkan, untuk memikirkan
secara tertutup perilaku-perilaku tersebut akan mempunyai dampak yang
menghukum, namun didalam mimpi perilaku tersebut dapat diekspresikan secara
simbolis tanpa hukuman yang menyertainya.
5. Perilaku
Sosial
Kelompok tidak
berperilaku, hanya individulah yang berperilaku. Individu-individu membentuk
kelompok karena mendapatkan suatu manfaat dengan melakukan hal tersebut.
Keanggotaan dari kelompok sosial tidak selalu memberikan penguatan, namun
setidaknya tiga alasan, beberapa individu tetap menjadi anggota dari suatu
kelompok. Pertama, individu tetap berada pada suatu kelompok yang menyiksa
mereka karena beberapa anggota anggota kelompok menguatkan mereka. Kedua,
beberapa individu terutama anak-anak mungkin tidk memunyai cara keluar dari
keompok. Ketiga, pengutan mungkin terjadi dalan suatu jadwal yang tidak
teratur.
Kontrol dari Perilaku Manusia
Perilaku seseorang dikontrol oleh
faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat ditegakkan oleh
masyarakat, orang lain, atau diri sendiri; namun lingkungan, dan bukan kemauan
bebas, yang bertanggung jawab atas semua perilaku.
·
Kontrol Sosial
Seseorang bertindak untuk membentuk
suatu kelmpok sosial karena perilaku semacam ini cenderung menguatkan.
Kemudian, kelompok akan memberikan suatu kontrol terhadap anggotanya dengan
merumuskan hukum, peraturan atau kebiasaan secara tertulis ataupuntidak, yang
mempuyai suatu kehadiran fisik diluar
kehidupan tersebut. Hukum negara, peraturan organisasi, dan kebiasaan
budaya berada diatas cara-cara seseorang untuk melawan suatu kontrol dan
berfungsi sebagai variabel yang mengontrol dengan sangat kuat dalam hidup
anggotannya.
Menurut Erich Fromm, setiap orang
dikontrol oleh beragam tekanan dan teknik sosial, namun semannya dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori: (1) pengondisian operan, (2) menjelaskan
faktor-faktor, (3) kekurangan dan kepuasan, (4) pengendalian fisik (Skinner,
1953).
Masyarakat memberikan suatu kontrol
atas anggotanya melalui empat metode prinsip dari pengondisian operan, yaitu
pengutan positif, penguatan negatif, dan dua teknik hukuman (memberikan
stimulus yang tidak menyenagkan atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan).
Teknik kedua dari kontrol sosial
adalah untuk memprediksikan kepada seseorang mengenai faktor-faktor dari
penguatan. Menjelaskan faktor-faktor melibatkan bahasa-biasanya verbal, untuk
memberitahu orang-orang konsekuensi dari perilaku yang belum mereka kerjakan.
Banyak contoh yang tersedia dari menjelaskan faktor-faktor, antara lain melalui
ancaman atau janji. Cara yang lebih halus dalam kontrol sosial adalah dengan
iklan, dirancang untuk memanipulasi manusia untuk membeli suatu produk
tertentu. Tidak ada satupun dari contoh-contoh ini yang mengusahakan suatu
kontrol akan berhasil dengan sempurna,
tetapi masing-masing meningkatkan kemungkinan perilaku yang diinginkan
akan muncul.
Ketiga, perilaku dapat dikontrol
dengan membuat sesorang kekurangan atau dengan memuaskan mereka dengan suatu
pendorong. Sekali lagi, walaupun dengan kekurangan dan kepuasan adalah kondisi
internal, tetapi kontrolnya tetap berasal dari lingkungan. Orang-orang yang
kekurangan makanan lebih mungkin untuk makan; mereka yang puas memiliki
kemungkinan yang lebih rendah walauoun tersedia makanan yang lezat.
Terakhir, manusia dapat dikontrol melalui pengendalian fisik, seperti
menahan seorang anak dari suatu jurang yang dalam atau dengan memasukkan
pelanggar hukum kepenjara. Pengendalian fisik berfungsi untuk melawan dampak
pengondisian, dan pengendalian tersebut berakibat pada erilaku yang
berkebalikan darri apa yang akan dilakukan oleh seseorang apabila ia tidak
dikendalikan.
Beberapa orang mungkin akan berkata
bahwa pengendalian fisik adalah cara untuk menghalau kebebsan seseorang. Akan
tetapi, Skinner (1971) yakin bahwa perilaku tidak mempunyai hubungan apa pu
dengan kebebasab pribadi, tetapi dibentuk oleh faktor-faktor dari kemampuan
bertahan hidup serta dampak dari penguatan adalah faktor-faktor dari lingkungan
sosial. Oleh karena itu, suatu tindakan mengendalikan fisik eseorang tidak
melakukan negasi yang berlebih pada kebebasan dibandingkan teknik kontrol
lainnya, termasuk kontrol diri.
·
Kontrol Diri
Skinner
mengatakan bahwa seperi seseorang dapat ,mengubah variabel yang ada dalam
lingkunganorang lain, mereka juga dapat memanipulasi variabel dalm
lingkunganmereka sendiri, dan melakukan beberapa bentuk kontrol diri.
Skinner
dan Margaret Vaughan (skinner&vaughan, 1983) telah mendiskusikan
beberapa teknik yang dapat digunakan
oleh manusia untuk melakukan kontrol diri tanpa bergantung pilihan bebas.
Pertama, mereka dapat menggunakan alat bantu seperti perkakas, mesin, dan
sumber finansial merubah lingkungan mereka. Kedua, manusia dapat merubash
lingkungannya sehingga meningkatkan kemungkinan munculnya perilaku yang
diinginkan. Ketiga, manusia dapat mengatur lingkungannya supaya dapat
menghindari stimulus yang tidak menyenangkan, hanya dengan melakukan respon
yang tepat. Keempat, manusia dapat menggunakan obat-obatan, terutama alkohol
sebagai suatu cara melakukan kontrol diri. Kelima, manusia dapat melakukan hal
lain untuk menghindari berperilaku dengan cara yang tidak diinginkan.
F. KEPRIBADIAN
YANG TIDAK SEHAT
Teknik
kontrol sosial dan kontrol diri kadang-kadang memberikan dampak yang merusak,
yang dapat berakibat pada perilaku yang tidak pantas dan perkembangan
kepribadian yang tidak sehat.
Strategi
Perlawanan
Saat
kontrol sosial yang terasa berlebih, manusia dapat menggunakan tiga
strategidasar untuk melawan hal tersebut, mereka dapat menghindar, memberontak atau
menggunakan resistensi pasif (Skinner, 1953). Dengan strategi mertahan melalui
menghindar, manusia menarik diri dari agen yang melakukan kontrol secara fisik
atau psikologis. Manusia yang melawan dengan menghidar akan mengalami
kesuliatan untuk terlibat dalam hubungan personal yang intim, cenderung menjadi
tidak percaya pada orang lain, dan memilih untuk hidup sendirian tanpa adanya
keterlibatan.
Manusia
yang memberontak atas kontrol sosial berperilaku lebih aktif, dengan kembali
menyerang agen yang melawan kontrol. Orang dapat memberontak dengan merusak
fasilitas umum, meniksa guru, melakukan penyerangan secara verbal pada orang
lain, mencuri peralatan dari pemilik usaha, memprovokasi polisi, atau
menggulinhkan organisasi yang sudah terbentuk seperti agama atau pemerintahan.
Manusia
yang melawan kontrol melalui resistensi pasif lebih tenang darpada mereka yang
memberontak, dan lebih mengganggu para pelaku kontrol daripada mereka yang
mencoba untuk menghindar. Skinner (1953) yakni bahwa resistensi pasif paling
sering digunakkan pada saat menghindar danj memeberonntak gagal dilakukan.
Salah satu karakteristik yang paling jelas adalah sifat keras kepala.
Perilaku
yang Tidak Pantas
Perilaku yang tidak pantas merupakan
hasil dari teknik melawan kontrol sosial yang merugiukan diri sendiri atau dari
usaha yang gagal dalam melakukan kontrol diri, terutama saat salah satu dari
kegagalan ini diikuti oleh emosi yang kuat. Seperti kebnayakan perilaku, respon
yang tidak pantas atau tidak sehat dipelajari. Perilaku tersebut terbentuk dari
penguatan negatif dan positif, khususnya oleh dapmpak dari hukuman.
Perilaku yang tidak pantas meliputi
perilaku yang sangat kuat dan berlebihan, yang tidak masuk akal untuk sitiasi
yang kontemporer, namun dapat masuk akal dalam konteks sejarah masa lalu; dan
perilaku snagat terbatas, yang digunakan manusia sebagai cara untuk menghindari
stimulus yang tidak menyenangkan yang diasosiasikan dengan hukuman. Bentuk lain
dari perilaku tidak pantas adalah menghindari kenyataan dengan tidak memberikan
perhatian sama sekali terhadap stimulus yang tidak menyenangkan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori belajar menurut B.F Skinner yaitu
Operant Conditioning merupakan suatu bentuk belajar yang mana kehadiran respon
berulang-ulang dikendalikan oleh konsekuensinya, dimana individu cenderung
mengulang-ulang respon yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan. Adanya
hukuman dan hadiah yang diberikan akan membuat individu lebih mudah untuk
belajar.
Menurut Skinner unsur yang terpenting dalam
belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan
(reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa
suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah
konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
DAFTAR
PUSTAKA
Feist, J. F. (2010). Teori
Kepribadian Edisi 7 buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.