Salam yang Benar

Salam yang Benar
Semoga Bermanfaat

Wednesday, October 30, 2013

Contoh Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Analisis Psikologisnya



Nama : Ervianto

NIM    : 072110998

Contoh Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Lama tak muncul, aktor Egi John Foreisythe membawa kabar mengejutkan. Egi menjadi korban tindak penganiayaan oleh istrinya, Citta Permata pada 2011 lalu.
Menurut ibunda Egi, Rina putranya pernah disiram oleh minyak panas oleh Citta. Tak berhenti di situ, aktor yang laris main di beberapa judul FTV itu juga pernah ditusuk gunting oleh istrinya itu.
Semua hal itu terjadi saat Egi dan Citta tengah bertengkar. Namun apa sebenarnya duduk permasalahannya?
Rina coba membeberkan masalah penyebab pertengkaran rumah tangga putranya itu. Menurutnya, sang menantu saat itu selalu cemburu dengan lawan main Egi di sinetron dan FTV hingga pertengkaran pun tak terelakkan.
“Emang dari dulu sering cemburu sama lawan mainnya Egi, ya sama Nia (Ramadhani), sama (Laudya Chintya) Bella, sama Thalita-lah dan nggak bisa nahan emosi. Lama-lama Egi juga nyerah lah ya,” beber Rina.
Selain itu, menurut Rina, sang menantu juga sangat suka dengan dunia malam seperti dugem. Egi dan Citta pun kerap bertengkar karena masalah tersebut.
“Orangnya kan sering dugem. Justru Egi kan diajak-ajak begitu gara-gara dia. Lama-lama Egi juga nggak tahan,” tuntasnya.
Kini Egi dan Citta sudah resmi bercerai. Namun masalah KDRT itu tetap dibawa ke ranah hukum. Bahkan kasus tersebut sudah beberapa kali disidangkan di Pengadilan Negeri Tangerang. 
Analisis masalah:
Dari kasus diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa inti masalahnya yaitu perasaan cemburu seorang istri terhadap lawan main suaminya di FTV. Cemburu sebenarnya merupakan bukti atau tanda seseorang mencintai orang yang dicintainya, tapi jika cemburu itu sudah terlalu berlebihan bahkan akan mengganggu hubungan antara suami dan istri, dan hal itulah yang terjadi dalam kasus diatas.
Begitu kita terlibat dalam suatu hubungan cinta, kita akan mengeksklusifkan hubungan itu hanya antara si dia dan diri kita. Akibatnya bila ada pihak lain yang dirasakan akan mengganggu hubungan maka muncullah keterbangkitan emosi yang disebut cemburu. Semakin serius dan eksklusif hubungan itu, maka kecemburuan juga cenderung meningkat (Dugosh, 2000). Jadi intensitas kecemburuan seseorang yang baru pacaran sangat mungkin lebih rendah bila dibandingkan dengan seseorang yang sudah tunangan atau menikah. Sudah jamak banyak yang mengeluh bahwa dulu pada awal-awal pacaran kekasihnya tidak cemburuan, tapi justru setelah sekian tahun pacaran menjadi sangat pencemburu.
Sang istri percaya bahwa kelekatannya dengan sang suami adalah hak mutlaknya, (yang memberikan orang lain tidak memiliki hak untuk membubarkan kelekatan itu), akhirnya rasa cemburu dari sang istri menjadi kejam. Cemburu sang istri juga menjadi tidak realistis, sang istri yang terlalu cemburu terhadap lawan main suaminya di FTV lalu sang istri menafsirkannya sebagai ancaman terhadap hubungan.
Cemburu adalah emosi yang muncul sebagai reaksi terhadap ancaman yang mungkin bisa membuat seseorang kehilangan afeksi dari seseorang yang bernilai penting baginya, dimana afeksi itu diberikan pada orang lain. Jadi, Anda cemburu pada pasangan Anda ketika dia berbicara pada orang lain, tidak lain karena Anda takut kehilangan afeksi darinya karena afeksinya bisa pindah ke orang yang diajak bicara. Cemburu juga bisa dialami kepada seseorang yang belum jadi pasangan. Apabila Anda diam-diam mencintai seseorang, Anda akan cemburu bila seseorang itu bertingkah mesra dengan orang lain.
Ada tipe kepribadian tertentu yang membuat seseorang menjadi lebih pencemburu. Orang yang memiliki tipe kepribadian egoistik, cenderung mementingkan diri sendiri, ambisius, dan berpandangan sempit umumnya lebih pencemburu. Orang yang memiliki tipe cinta passionate love juga memiliki kecemburuan yang tinggi. Mereka sangat mudah cemburu dan meledak-ledak sehingga sangat mempengaruhi pikiran dan perasaannya, serta perilakunya menjadi negatif. Demikian juga orang yang memiliki tipe kelekatan anxious/ambivalent umumnya sangat pencemburu.

Usulan
Inti dari permasalahan diatas adalah perasaan cemburu yang berlebihan dari sang istri terhadap lawan main suaminya di FTV. Sehingga menimbulkan masalah yang menyebabkan rumah tangganya berantakan. Cemburu sebenarnya bisa di atasi dengan:
1.      Bangun sikap saling percaya. Ini memang tidak semudah yang diucapkan. Tapi berpikirlah positif sambil berusaha. Berusaha dalam arti, Anda sebagai pasangannya juga bisa dipercaya. Anda bisa membuktikan pada pasangan Anda bahwa Anda bisa memegang teguh komitmen bersama. Dengan menunjukkan keseriusan Anda dalam menjalin hubungan, pasangan juga akan berusaha mengimbangi dan menghargai Anda.
2.      Jadilah pengamat yang bijak. Rasa cemburu selalu datang beriringan dengan rasa curiga. Saat perasaan itu datang, jangan langsung menyerang pasangan Anda dengan segudang pertanyaan. Perhatikan terlebih dahulu gerak geriknya. Apakah ada perubahan sikap? Jika memang ada, berapa lama perubahan itu terjadi? simpan dulu sampai Anda memiliki beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan perubahannya dan cari waktu tang tepat untuk membahasnya. Sedang, jika perubahan itu hanya sementara dan pasangan Anda kembali ke sikap semula, maka tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
3.      Berkomunikasi. Pilih waktu yang lowong dan tenang untuk berkomunikasi. Di sinilah waktunya Anda untuk bertanya dan berkeluh kesah, tapi bukan marah. Komunikasikan dengan cara yang baik agar tidak terjadi pertengkaran. Anda yang paling tahu watak pasangan Anda, jadi Anda sudah harus tahu trik – trik bertanya yang membuatnya tidak marah dan tersinggung.
4.      Jangan sekali-kali memeriksa barang pribadi pasangan tanpa ijin. Ada kalanya, Anda penasaran dengan isi dompet, isi sms dan panggilan di handphonenya. Tapi, bila rasa penasaran itu Anda ikuti dengan memeriksanya tanpa sepengetahuan pemiliknya, maka bersiaplah menanggung resikonya. Resiko pertama, mungkin pasangan Anda tidak suka barang pribadinya disentuh tanpa ijinnya. Kemungkinan lain adalah Anda akan menemukan kenyataan yang menyakitkan. Bila Anda tidak siap dengan resiko itu, jangan sekali-kali mencobanya. Pasangan Anda mungkin melakukan kesalahan tapi bukan berarti dia tidak sedang berusaha memperbaikinya. Semuanya tergantung dari kebikjasanaan Anda.


http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/mengapa-cemburu.html

Tuesday, June 18, 2013

FORMAT LAPORAN WAWANCARA



I.                   IDENTITAS SUBJEK
Data yang perlu dicantumkan dalam identitas mencakup : a) nama (inisial), b) jenis kelamin, c) umur, d) pendidikan, e) pekerjaan, f) anak ke…dari berapa bersaudara, g) hal-hal lain yang perlu dicantumkan

II.                PERMASALAHAN
Paparan latar belakang mengapa wawancara dilakukan pada subjek ini.

III.             TUJUAN
Sebutkan tujuan dari wawancara. Ada beberapa contoh tujuan yang dapat dikemukakan, seperti misalnya asesmen hubungan keluarga, data pelengkap bagi metode lain misalnya observasi atau skala. Dalam laporan tujuan supaya diuraikan dengan jelas. Sebenarnya tujuan dari wawancara diagnosis adalah untuk menegakkan diagnosis dan prognosis dari suatu masalah yang dialami subjek.

IV.             METODE WAWANCARA
Ada beberapa metode dalam wawancara. Dibagian ini sebutkan jenis metode yang digunakan dan alasan menggunakan metode tersebut.

V.                PEDOMAN WAWANCARA
Dalam bagian ini disebutkan pedoman wawancara yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang tidak terlalu rinci yang akan digunakan sebagai pedoman melakukan wawancara. Pertanyaan-pertanyaan tersebut menjabarkan tujuan yang akan dicapai dalam wawancara.

VI.             DESKRIPSI SUBJEK
Berikan deskripsi tentang subjek, baik secara fisik maupun psikologik yang sudah diketahui. Deskripsi secara psikologis memerlukan referensi yang cukup kuat agar tidak dipengaruhi oleh subjektivitas pewawancara. Deskripsi ini memberikan gambaran tentang subjek sehingga pembaca laporan dapat memahami lebih tuntas mengenai “siapa” yang diwawancarai.

VII.          HAL-HAL YANG DIPEROLEH DARI WAWANCARA/TEMUAN HASIL WAWANCARA, SESUAI PEDOMAN WAWANCARA
Kemukakan apa saja yang diperoleh dari wawancara, sesuai dengan pedoman wawancara.

VIII.       KESIMPULAN
Berikan kesimpulan tentang subjek, sesuai dengan tujuan wawancara.

IX.             LAMPIRAN TRANSKRIP VERBATIM WAWANCARA
Tujuan pelampiran transkrip ini adalah pengecekan, terutama untuk mendapatkan pendukung kesimpulan yang diambil pewawancara.

Sunday, May 12, 2013

Macam-macam defend mechanism


Nama   : Ervianto
NIM    : 072110998
Kelas   : A
Tugas   : Proyektif

Macam-macam defend mechanism :
1.      Identifikasi adalah menginternalisasi ciri-ciri yang dimiliki oleh orang lain yang berkuasa dan di anggap mengancam.
2.      Pengalihan ( displacement ) adalah memindahkan reaksi dari objek yang mengancam ke objek yang lain karena objek yang asli tidak ada atau berbahaya bila di agresi secara langsung.
3.      Represi adalah menghalangi impuls-impuls yang ada atau tidak bisa diterima sehingga impuls-impuls tersebut tidak dapat di ekspresikan secara sadar dalam tingkah laku.
4.      Denial adalah melakukan bloking terhadap kenyataan yang ada karena kenyataan yang ada dirasa mengancam integritas individu yang bersangkutan.
5.      Reaksi formasi adalah dorongan yang mengancam di ekspresikan dalam bentuk tingkah laku secara terbalik.
6.      Proyeksi adalah menerapkan dorongan-dorongan yang dimiliki pada orang lain karena dorongan-dorongan tersebut mengancam integritas.
7.      Rasionalisasi adalah dua gagasan yang berbeda dijaga supaya tetap terpisahkan karena bila bersama-sama akan mengancam.
8.      Sublimasi adalah dorongan yang ditransformasikan menjadi bentuk-bentuk yang diterima secara social sehingga dorongan tersebut menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda dari dorongan aslinya.

makalah teori kepribadian skinner


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Banyak  teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan  oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul-betul cocok  untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.







B.     RUMUSAN MASALAH
1.    Biografi Ringkas B.F. Skinner
2.    Perintis Dari Behaviorisme Ilmiah Skinner
3.    Behaviorisme Ilmiah
4.    Pengondisian
5.    Organisme Manusia
6.    Kepribadian yang Tidak Sehat

C.    TUJUAN DAN MANFAAT
1.    Mengetahui biografi ringkas B.F. Skinner
2.    Mengetahui perintis dari behaviorisme ilmiah Skinner
3.    Mengetahui behaviorisme ilmiah
4.    Mengetahui pengondisian
5.    Mengetahui organisme manusia
6.    Mengetahui kepribadian yang tidak sehat

BAB II
PEMBAHASAN
A.    BOIGRAFI RINGKAS B.F. SKINNER
Burhuss Frederick Skinner lahir 20 Maret 1904, di kota kecil Pennsylvania Susquehanna. Anak pertama pasangan William Skinner dan Grace Mange Burrhus Skinner. Ayahnya adalah seorang pengacara, dan ibunya yang kuat dan cerdas sebagai ibu rumah tangga. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat kuat. Skinner mendapat gelar BA-nya dalam sastra bahasa inggris pada tahun 1926 dari Presbyterian-founded Humilton College. Setelah wisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun. Pada tahun 1928, ia melamar masuk program pasca sarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh MA pada tahun 1930 dan Ph.D pada tahun 1931. Pada tahun 1945, dia menjadi kepala departemen psikologi Universitas Indiana. Kemudian 3 tahun kemudian, tahun 1948, dia diundang untuk datang lagi ke Universitas Harvard. Di Universitas tersebut dia menghabiskan sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan, seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi, ia menjadi salah satu penulis psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang terkenal adalah Walden II. Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal dunia karena penyakit Leukemia.
Seperti halnya kelompok penganut psikologi modern, Skinner mengadakan pendekatan behavioristik untuk menerangkan tingkah laku. Pada tahun 1938, Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul The Behavior of Organism. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia mengemukakan teori operant conditioning. Buku itu menjadi inspirasi diadakannya konferensi tahunan yang dimulai tahun 1946 dalam masalah “The Experimental an Analysis of Behavior”. Hasil konferensi dimuat dalam jurnal berjudul Journal of the Experimental Behaviors yang disponsori oleh Asosiasi Psikologi di Amerika (Sahakian,1970).




Pokok Pemikiran :
·      B.F. Skinner meyakini bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning.
·      Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan.
·      Tiga asumsi yang dimiliki Skinner dalam membangun teorinya:
                              1.  Behavior is lawful (perilaku memiliki hukum tertentu)
                              2.  Behavior can be predicted (perilaku dapat diramalkan)
                              3.  Behavior can be controlled (perilaku dapat dikontrol)
·      Functional analysis of behavior: analisis perilaku dalam hal hubungan sebab akibat, dimana penyebabnya itu sendiri (seperti stimuli, deprivation, dsb) merupakan sesuatu yang dapat dikontrol.
·      Dua klasifikasi dasar dari perilaku menurut B.F Skinner: operants dan respondents.

Deskripsi singkat mengenai pemikiran:
·         Dimana Operant Conditioning adalah suatu proses perilaku operant ( penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.
·         Pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang. Dimana penguatan yang terbentuk melalui ikatan STIMULUS RESPON kan semakin kuat bila diberi penguatan. penguatan ini yaitu penguatan POSITIF dan NEGATIF.
·         Skinner juga menekankan mengenai functional analysis of behavior yaitu analisis perilaku dalam hal hubungan sebab akibat, dimana penyebabnya itu sendiri (seperti stimuli, deprivation, dsb) merupakan sesuatu yang dapat dikontrol. Hal ini dapat mengungkapkan bahwa sebagian besar perilaku dalam kejadian antesedennya berlangsung atau bertempat pada lingkungan. Kontrol atas events ini membuat kita dapat mengontrol perilaku.
·         Operant adalah sesuatu yang dihasilkan, dalam arti organisme melakukan sesuatu untuk menghilangkan stimulus yang mendorong langsung. Contohnya, seek r tikus lari keluar dari labirin, atau seseorang yang keluar dari pintu. Respondent adalah sesuatu yang dimunculkan, dimana organisme menghasilkan sebuah respondent sebagai hasil langsung dari stimulus spesifik. Contohnya, seekor anjing yang mengeluarkan air liur ketika melihat dan mencium bau makanan, atau seseorang yang mengedip ketika udara ditiupkan ke matanya.

B.     PERINTIS DARI BEHAVIORISME ILMIAH SKINNER
Selama berabad-abad, pengamat perilaku manusia telah mengetahui bahwa manusia pada umumnya melakukan hal-hal yang mempunyai konsekuensi yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang membawa konsekuensi yang bersifat menghukum. Akan tetapi psikolog yang pertama kali mempelajari secara sistematis konsekuensi dari perilaku adalah Edward L. Thorndike, yang pada awalnya bekerja dengan binatang ( Thorndike, 1898,1913) dan kemudiaan dengan manusia (Thorndike, 1913). Thorndike mengobservasi bahwa pembelajaran pada umumnya terjadi karena adanya suatu efek yang mengikuti suatu respons, dan ia menyebut hasil observasinya sebagai hukum akibat (law of effect). Sebagaimana pertama kali dirumuskan oleh Thorndike, hukum dari efek ini mempunyai dua bagian. Bagian pertama menyatakan bahwa respons terhadap suatu stimulus yang diikuti langsung oleh pemuas cenderung akan “disimpan”;bagian kedua menyatakan bahwa respons terhadap suatu stimulus yang diikuti langsung oleh penganggu akan “dibuang”. Kemudian, Thorndike merevisi hukum ini dengan meminimalisasai signifikansi pengganggu. Ketika penghargan (reward) atau pemuas menguatkan hubungan antara suatu stimulus dengan suatu respon, hukuman (punishment) atau pengganggu biasanya tidak melemahkan hubungan tersebut. Artinya, menghukum suatu perilaku hanya menghambat perilaku tersebut; tetapi tidak “membuangnya”. Skinner (1954) menerima bahwa hukum akibat sangat krusial untuk mengontrol perilaku dan melihat pekerjaannnya adalah untuki memastikan bahwa suatu efek benar-benar terjadi dan efek tersebut terjadi dibawah suatu kondisi optimal untuk belajar. Ia juga setuju dengan Thorndike bahwa efek dari penghargaan lebih dapat diprediksi dari pada efek dari hukuman dalam membentuk suatu perilaku.


Pengaruh kedua dan yang lebih langsung pada Skinner adalah hasil kerja John B. Watson (J. B. Watson, 1913, 1925; J. B. Watson & Rayner, 1920 ). Watson telah mempelajari binatang dan manusia, serta yakin bahwa konsep dari kesadaran dan introspeksi tidak boleh  mempunyai peranan dalam kajian ilmiah mengenai perilaku manusia. Dalam Psychology as the Behavioris Views It, Watson (1913) berargumen bahwa perilaku manusia, seperti perilaku binatang dan mesin, dapat dipelajari secara objektif. Dia berargumen tidak hanya pada konsep kesadaran dan introspeksi, tetapi juga pandangan mengenai insting, sensasi, persepsi, motivasi, kondisi mental, pikiran dan imageri. Ia menekankan bahwa masing-masing dari konsep tersebut, berada diluar ranah psikoogi ilmiah. Watson melanjutkan argumennya bahwa tujuan dari psikologi adalah untuk memprediksi dan mengontrol perilaku, dan tujuan ini hanya bisa dicapai dengan membatasi psikologi pada suatu kajian objektif mengenai kebiasan yang terbentuk melalui hubungan stimulus-respons.

C.    BEHAVIORISME ILMIAH
Seperti Thorndike dan Watson, Skinner bersikeras bahwa perilaku manusia harus di pelajari secara ilmiah. Aliran behaviorisme ilmiahnya berpendapat bahwa perilaku dapat dipelajari dengan baik tanpa referensi mengenai kebutuhan, insting, dan motif. Mengatribusikan motivasi pada perilaku manusia sama saja dengan mengatribusikan kemauan bebas kepada fenomena alam. Namun kebanyakan psikolog kepribadian berasumsi bahwa manusia termotivasi oleh dorongan internal dan pemahaman dari dorongan tersebut menjadi penting.
Walaupun Skinner yakin bahwa kondisi internal berada di luar domain ilmu pengetahuan, ia tidak menolak keberadaannya. Kondisi seperti rasa lapar, emosi, nilai-nilai, kepercayaan diri, kebutuhan agresif, keyakinan religious, dan kebencian memang ada, namun tidak menjelaskan suatu perilaku. Untuk menggunakan kondisi internal sebagai penjelasan, tidak hanya sia-sia, tetapi juga membatasi kemajuan behaviorisme ilmiah. Ilmuawan lainnya telah membuat kemajuan yang lebih besar karena telah lama meninggalkan praktik yang mengatribusikan motif, kebutuhan, atau kekuatan dari keinginan pada pergerakan dari organisme hidup dan benda-benda mati.




Filsafat Ilmu Pengetahuan
Behaviorisme ilmiah memberi ruang untuk interpretasi perilaku, tetapi tidak pada penjelasan mengenai penyebabnya. Interpretasi mengijinkan ilmuan untuk menggeneralisasi kondisi pembelajaran yang sederhana kepada konsisi yang lebih kompleks.

Karakteristik Ilmu Pengetahuan
Menurut Skinner ( 1953 ), ilmu pengetahuan memiliki tiga karakteristik utama. Pertama, ilmu pengetahuan bersifat kumulatif; kedua, merupakan suatu sikap yang menghargai observasi empiris; ketiga, ilmu pengetahuan adalah suatu pencarian atas keteraturan dan hubungan yang berdasarkan hukum-hukum. Secara khusus, ada tiga komponen sikap ilmiah. Pertama, ilmu pengetahuan menolak adanya otoritas. Hanya karena seseorang yang sangat di hormati. Kedua, ilmu pengetahuan menuntut suatu kejujuran intelektual, dan hal tersebut menuntut ilmuan untuk menerima suatu fakta walaupun bertentangan dengan keinginan dan kemauan mereka. Sikap ini tidak berarti bahwa secara otomatis ilmuwan menjadi sangat jujur daripada orang lain. Mereka tidak. Ilmuwan dikenal sering memanipulasi data dan salah menginterpretasikan temuan mereka. Akan tetapi, sebagai sebuah disiplin ilmu, ilmu pengetahuan menempatkan harga yang tinggi atas kejujuranintelektual karena jawaban yang benar pada akhirnya akan ditemukan. Para ilmuwan tidak mempunyai pilihan selain melaporkan hasil atau temuan yang bertentangan dengan harapan ataupun hipotesis mereka, karena apabila tidak dilakukan, maka orang lain akan melakukannya, dan hasil terbaru akan menunjukkan bahwa ilmuwan yang telah melakukan kesalahan dalam menginterpretasikan data tersebut, salah.
Terakhir, ilmu pengetahuan menahan penilaian sampai suatu tren yang jelas menerbitkan suatu temuan yang belum diverifikasi ataupun diuji dengan cukup. Apabila laporan dari hasil temuan seorang ilmuwan tidak dapat direplikasi, maka ilmuwan tersebut akan terlihat bidih, di sisi baiknya, dan tidak jujur di sisi buruknya. Oleh karena itu, sikap skeptis yang sehat dan kemauan untuk menahan suatu penilaian menjadi esensial ketika menjadi seorang ilmuwan.
Skinner ( 1953 ) yakin bahwa prediksi, control, dan deskripsi memungkinkan untuk ada dalam behaviorisme ilmiah, karena perilaku ditentukan dan berdasarkan hokum-hukum. Perilaku manusia, yang berupa entitasbologis dan fisik, bukanlah suatu gagasan yang tidak jelas ataupun hasil dari keinginan bebas ( free will ).
Perilaku manusia ditentukan oleh beberapa variable yang dapat diidentifikasi dan mengikuti suatu prinsip hukum yang memiliki batasan jelas, yang berpotensi untuk dapat diketahui. Perilaku yang terlihat tidak jelas atau tidak terduga, atau ditentukan secara individual, berada diluar kapasitas ilmuwan untuk memprediksi ataupun mengontrol. Akan tetapi, secara hipotesis, kondisi ketika hal tersebut terjadi dapat ditemukan, mengizinkan untuk prediksi dan control serta deskripsi. Skinner memberikan banyak waktunya untuk menemukan kondisi-kondisi tersebut, menggunakan suatu prosedur yang disebut pengondisian operan.

D.    PENGONDISIAN
Skinner ( 1953 ) mengenali dua bentuk pengondisian, klasik dan operan. Melalui pengondisian klasik ( yang disebut Skinner sebagai pengondisian responden ), suatu respons diperoleh dari sebuah organism dengan suatu stimulus yang spesifik dan dapat diidentifikasi. Dengan pengondisian operan ( yang disebut juga sebagai pengondisian Skinnerian ), sebuah perilaku dibuat lebih mungkin untuk terjadi saat diberikan penguatan secara langsung.
Salah satu perbedaan antara pengondisian klasik dan operan adalah bahwa pada pengondisian klasik, perilaku diperoleh dari organism, sementara dalam pengondisian operan, perilaku terpancar. Respons yang diperoleh dikeluarkan dari organism, sementara respons yang terpancar adalah yang muncul begitu saja. Oleh karena respons tidak terjadi di dalam suatu organism, sehingga tidak dapat dikeluarkan,Skinner lebih memilih istilah ”terpancar”. Respons yang terpancar tidak ada sebelumnya di dalam suatu organism, melainkan hanya muncul karena sejarah individual dari organisme tersebut mengenai penguatan (reinforcement).

Pengondisian Klasik
Dalam pengondisian klasik, suatu stimulus netral (conditioned) dipasangkan beberapa kali dengan suatu stimulus yang tidak dikondisikan (unconditioned) sampai mampu membawa sebuah respons yang sebelumnya tidak dikondisikan menjadi respons yang terkondisi. Perilaku reflex termasuk contoh palig sederhana. Sinar yang ditujukan ke mata menstimulasi pupil untuk menutup,makanan yang diletakkan di lidah membuat air liur keluar, dan lada di lubang hidung mengakibatkan reflex bersin. Dengan perilaku reflex, respons tidak dipelajari, tidak bersifat sukarela, dan umum., tidak hanya dalam satu spesies, namun pada spesies-spesies lainnya.
Akan tetapi, pengondisian klasik tidak terbatas hanya pada reflex sederhana. Pengondisian ini juga dapat bertanggungjawab atas pembelajaran manusia yang lebih kompleks, seperti fobia,ketakutan, dan kecemasan.
Kunci penting dari eksperimen pengondisian klasik adalah dalam membuat pasangan dari stimulus yang dikondisikan dengan stimulus yang tidak dikondisikan, sampai kehadiran dari stimulus yang dikondisikan cukup untuk memperoleh stimulus yang tidak dikondisikan.

Pengondisian Operan
Kunci dari pengondisian operan adalah penguatan yang langsung dari sebuah respons. Kemudian, penguatan akan meningkatkan kemungkinan dari perilaku yang sama untuk terjadi lagi. Pengondisian ini di sebut dengan pengondisian operan karena organism beroperasi dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan suatu efek yang spesifik. Pengondisian operan dapat mengubah frekuensi dari respons atau kemungkinan suatu respons akan terjadi. Penguatan tidak menyebabkan suatu perilaku, namun meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan diulang lagi.

Ø  Pembentukan
          Pembentukan (shaping) adalah suatu prosedur ketika peneliti atau lingkungan memberikan suatu penghargaan atas perkiraan kasar dari perilaku tersebut., lalu perkiraan yang lebih dekat, dan terakhir, perilaku yang diinginkan tersebut. Melalui proses penguatan perkiraan berkala, peneliti atau lingkungan secara bertahap membentuk suatu kumpulan yang kompleks dan final dari perilaku (Skinner, 1953).
          Suatu respons terhadap lingkungan yang mirip tanpa adanya penguatan sebelumnya disebut generalisasi stimulus. Salah satu contoh generalisasi stimulus, yaitu pembelian tiket oleh manusia tidak melakukan generalisasi dari satu situasi kepada situasi yang lain, namun mereka bereaksi pada situasi baru dalam bentuk yang sama dengan cara mereka bereaksi sebelumnya, karena kedua situasi memiliki elemen yang identik,yaitu membeli tiket untuk salah satu konser rock mempunyai elemen-elemen yang identik dengan membeli tiket untuk konser rock yang berbeda. Skinner (1953) menyebutkan, “Penguatan sebuah respons meningkatkan kemungkinan dari setiap respons yang mempunyai elemen yang sama” (hlm. 94)


Ø  Penguatan
          Menurut Skinner (1978a),penguatan (reinforcement) memiliki dua efek: memperkuat perilaku dan memberikan penghargaan pada orang tersebut. Oleh karena itu, penguatan dan penghargaan tidak sama. Setiap perilaku diberi penguatan tidak selalu bersifat memberikan penghargaan ata menyenangkan bagi orang tersebut.
          Setiap perilaku yang meningkatkan kemungkinan bahwa suatu spesies atau seseorang untuk bertahan hidup, cenderung akan menguat. Makanan, seks, dan perhatian orang tua sangat penting untuk kemampuan bertahan hidup suatu spesies dan setiap perilaku yang menghasilkan kondisi ini akan diberi penguatan. Cedera, penyakit, dan iklim yang ekstrem bersifat merusak kemampuan bertahan hidup, dan setiap perilaku yang cenderung mereduksi atau menghindari kondisi ini juga akan diberi penguatan. Oleh karena itu, penguatan dapat dibagi menjadi yang menghasilkan kondisi lingkungan yang bermanfaat dan yang mereduksi atau menghindari kondisi yang merusak. Penguatan pertama disebut penguatan positif (positive reinforcement) dan yang kedua disebut penguatan negative (negative reinforcement).
Penguatan Positif
          Setiap stimulus yang saat dimasukkan dalam suatu situasi, meningkatkan kemungkinan bahwa suatu perilaku akan terjadi disebut penguat positif (positive reinforcement) (Skinner, 1953). Contoh umum dari penguat positif, yaitu makan, air, seks, uang, persetujuan social, dan kenyamanan fisik.
Penguatan Negativ
          Menghilangkan suatu stimulus yang tidak disukai dari suatu situasi dari situasi dapat meningkatkan kemungkinan bahwa perilaku sebelumnya akan terjadi. Menghilangkan hal tersebut dapat berakibat pada penguatan negative (negative reinforcement) (Skinner, 1953). Reduksi atau menghindari suara-suara keras, hal-hal yang mengagetkan, dan rasa lapar yang menyakitkan akan menguatkan secara negative karena hal-hal tersebut menguatkan perilaku yang ada sebelumnya. Penguatan negative berbeda dari penguatan positif karena menuntut adanya suatu kondisi yang dihindari, sementara penguatan positif meliputi adanya stimulus yang menguntungkan. Akan tetapi, efek penguatan negative identik dengan penguatan positif. Beberapa orang makan karena mereka menyukai suatu makanan, yang lainnya makan untuk menghilangkan rasa lapar yang menyakitkan.
Untuk kelompok orang pertama, makanan adalah penguatan positif, sementara untuk kelompok orang yang kedua, menghilangkan rasa lapar adalah penguatan negative. Dalam dua kondisi, perilaku makan diperkuat karena konsekuensinya bersifat menguntungkan.

Hukuman
          Penguatan negative menghilangkan, mereduksi, dan menhindari stimulus yang tidak menyenangkan, sementara hukuman (punishment) adalah pemberian stimulus yang tidak menyenangkan, seperti setrumen, atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan, seperti memutuskan telepon seorang remaja. Penguaran negative menguatkan suatu respons, sementara hukuman tidak. Walaupun hukuman tidak menguatkan suatu respons, tetapi tidak secara langsung melemahkan respons tersebut. Skinner (1953) setuju dengan Thorndike bahwa efek dari hukuman lebih tidak dapat diprediksi dibandingkan efek dari penghargaan.
1.    Efek dari hukuman
        Efek dari hukuman bukanlah kebalikan dari efek penguatan. Saat factor-faktor dalam penguatan dapat dikontrol dengan ketat, perilaku dapat dengan akurat dibentuk dan diprediksikan. Akan tetapi, dengan hukuman, akurasi seperti itu mungkin tidak terjadi. Alas an dari perbedaan ini cukup sederhana. Hukuman biasanya diberikan untuk menahan seseorang bertindak dengan cara tertentu. Saat hal tersebut berhasil, orang akan berhenti bertindak dengan cara tersebut, namun mereka tetap harus melakukan sesuatu. Apa yang akan mereka lakukan tidak dapat diprediksikan secara akurat karena hukuman tidak memberitahu apa yang harus dilakukan, hukuman hanya menekan kecendurungan untuk bertindak dalam suatu cara yang tidak diinginkan. Pada akhirnya, salah satu efek dari hukuman adalah untuk menekan perilaku. Sebagai contoh, apabila seorang anak laki-laki menjahili adik perempuannya, orangtuanya dapat membuatnya berhenti melakukan hal tersebut dengan memukul pantatnya. Sayangnya, hukuman ini tidak akan meningkatkan disposisinya tergadap adiknya. Hukuman hanya menekan kejahilannya untuk sementara atau selama orang tuanya ada di sekitarnya.
        Efek lainnya dari adalah pengondisian atas perasaan negative dengan mengasosiasikan stimulus kuat yang tidak disenangi dengan perilaku yang diberi hukuman.
Dalam ilustrasi diatas, apabila rasa sakit karena dipukul cukup kuat, maka hal tersebut akan memunculkan respons yang tidak sebanding dengan perilaku menjahili adiknya. Di masa depan, apabila anak laki-laki tersebut berpikir untuk memperlakukan adiknya dengan tidak baik, pikiran memunculkan respons pengondisian klasik, seperti rasa takut, kecemasan, rasa bersalah. Emosi negative ini kemudian berfungsi untuk menahan perilaku yang tidak diinginkan untuk kembali terjadi. Sayangnya, hal ini tidak memberikan instruksi positif kepada anak tersebut.
        Hasil ketiga dari hukukman adalah dalam penyebaran efeknya. Setiap stimulus yang diasosiasikan dengan hukuman mungkin akan ditekan. Dalam contoh diatas, anak laki-laki tersebut hanya dapat relajar untuk menghindari adik perempuannya, menjaga jarak dengan orangtuanya, atau mengembangkan perasaan negative terhadap pemukul atau tempat pemukulan terjadi. Sebagai hasilnya, perilaku anak laki-laki tersebut terhadap keluarganya menjadi maladaptive. Sementara perilaku tidak tepat ini bertujuan untuk menghindari hukuman di masa depan. Skinner mengakui mekanisme pertahanan diri klasik Freudian sebagai cara yang efektif dalam menghindari rasa sakit dan kecemasan yang mengiringinya. Orang yang dihukum mungkin akan berfantasi, memproyeksikan perasaan mereka kepada orang lain, merasionalisasi perilaku agresif, atau melakukan displacement terhadap orang lain.
2.    Perbandingan antara Hukuman dan Penguatan
Hukuman mempunyai beberapa karakteristik yang sama dengan penguatan. Seperti adanya dua macam penguatan ( positif dan negative ), terdapat dua macam hukuman. Hukuman pertama membutuhkan pemberian stimulus yang tidak di sukai, sedangkan hukuman yang kedua melibatkan penghilangan suatu penguatan positif. Contoh dari hukuman yang pertama adalah rasa sakit yang dirasakan karena jatuh ditrotoar bersalju akibat berjalan terlalu cepat. Contoh hukuman yang kedua adalah denda yang sangat tinggi yang dikenakan pada seorang pengendara motor akibat mengendarai motor terlalu cepat. Contoh yang pertama merupakan hasil dari kondisi alami, sementara yang kedua mengikuti suatu intervensi dari manusia. Kedua tipe hukuman ini menguak karakteristik kedua yang sama antara hukuman dan penguatan. Keduanya dapat diperoleh dari konsekuensi alami ataupun diberikan oleh orang lain.
Karakteristik yang terakhir, hukuman dan penguatan sama-sama merupakan cara untuk mengontrol perilaku, baik control yang sudah dirancang ataupun yang terjadi kebetulan.

Penguat yang dikondisikan dan digeneralisasi
          Penguat yang dikondisikan adalah stimulus lingkungan yang secara alami memuaskan, namun menjadi seperti itu karena diasosiasikan dengan penguat primer atau yang tidak dipelajari, seperti makanan, air, seks.
          Skinner (1953) mengenal lima penguat penting yang digeneralisasi dan mempertahankan banyak perilaku manusia: perhatian, persetujuan, afeksi, dan lain-lain. Masing-masing penguatan tersebut dapat digunakan dalam beragam situasi.

Jadwal penguatan
          Penguatan dapat mengikuti suatu perilaku dalam jadwal yang berkelanjutan atau dalam jadwal yang acak dan tidak teratur. Dengan jadwal yang berkelanjutan, organism diberikan penguatan untuk setiap respons. Jadwal ini meningkatkan frekuensi munculnya respons namun menrupakan penggunaan penguatan yang tidak efisien. Skinner lebih memilih jadwal yang acak, tidak hanya karena cara ini lebih efisien dalam penggunaan penguatan, tetapi juga karena menghasilkan respons yang lebih resisten terhadap kemusnahan (extinction). Ferster dan Skinner (1957) menyadari adanya banyak jadwal penguatan, namun hanya empat jadwal acak yang mendasar, yaitu rasio-tetap, rasio-bervariasi, interval-tetap, dan interval-bervariasi.
~     Rasio-Tetap
     Dengan jadwal rasio-tetap (fixed-ratioschedule), organisme diberikan penguatan secara acak, bergantung jumlah respons yang diberikan. Rasio merujuk pada rasio respons terhadap penguatan.
Secara teknis, hampir tidak ada skala pembayaran untuk manusia yang mengikuti rasio-tetap atau jadwal lainnya, karena pekerja biasanya tidak mulai dibayar dengan suatu jadwal pemberian pengustan langsung yang kontinyu. Suatu perkiraan dari jadwal rasio-tetap mungkin adalah gaji dari seorang pemasang batu bata yang menerima sejumlah uang tetap untuk setiap batu bata yang dipasangnya.

~     Rasio-Bervariasi
     Dengan jadwal rasio-bervariasi (variable­-ratio schedule), organism diberikan penguatan setelah respons ke-n berdasarkan rata-rata. Sekali lagi, pelatihan harus dimulai dengan pemberian penguatan yang kontinu, kemudian dilanjutkan dengan jumlah respons yang sedikit, lalu dinaikkan untuk interval respons yang lebih tinggi.
     Untuk manusia, memainkan mesin slot adalah contoh dari jadwal rasio-bervariasi. Mesin tersebut diatur untuk memberikan hadiah dalam kecepatan tertentu, namun rasionya harus tetap fleksibel, atau bervariasi, untuk menghindari pemain memprekdisikan keluarnya hadiah.
~     Interval-Tetap
     Dengan jadwal interval-tetap (fixed-interval schedule), organisme diberikan penguatan untuk respons pertama yang mengikuti suatu periode waktu yang sudah dirancang.
~     Interval-Bervariasi
     Jadwal interval-bervariasi (variable-interval schedule) adalah jadwal ketika organism diberi penguatan setelah jangka waktu yang acak atau berbeda-beda.

Kepunahan
          Respons dapat menghilang karena empat alas an. Pertama, respons terlupakan seiring berjalannya waktu. Kedua, dan lebih mungkin terjadi, respons dapat menghilang karena adanya gangguan dari pembelajaran sebelumnya atau sesudahnya.
          Ketiga, respons dapat menghilang karena adanya hukuman. Penyebab keempat, adalah kepunahan-kecenderungan dari respons ysng sebelumnya telah dipelajari untuk secara bertahap mulai melemah setelah tidak adanya penguatan.
          Kepunahan operan terjadi saat seorang peneliti secara sistematis menahan penguatan untuk suatu respons yang telah dipelajari sebelumnya sampai kemungkinan respons terjadi menurun sampai angka nol. Kecepatan dari kepunahan operan sangat bergantung dari jadwal penguatan saat pembelajaran terjadi.



E.     ORGANISME MANUSIA
Menurut Sinner (1987) perilaku manusia dan kepribadian manusia dibentuk oleh tiga kekuatan : (1) seleksi alam, (2) praktik budaya, (3) sejarah seseorang atas penguatan yang diterimanya. Akan tetapi, pada akhirnya seleksi alam, sejak pengondisian operan adalah suatu proses yang berevolusi dan praktik budaya menjadi aplikasi spesialnya.

Seleksi Alam
Kepribadian manusia adalah hasil dari sejarah evolusi yang panjang. Sebagai individu, perilaku kita ditentukan oleh komposisi genetis dan terutama oleh sejarah pribadi kita atas penguatan yang diterima. Akan tetapi sebagai spesies kita dibentuk oleh faktor-faktor dari kemampuan bertahan hidup, Seleksi alam mempunyai peranan penting dalam kepribadian manusia.
Perilaku yang bersifat menguatkan cenderung akan diulangi yaitu yang tidak cenderung mengutkan akan dibuang. Serupa dengan hal tersebut, perilaku yang sepanjang sejarah telah bermanfaat untuk suatu spesies akan bertahan, sementara yang menguatkan hanya untuk orang-orang tertentu cenderung akan dibuang. Sebagai contoh, seleksi alam lebih condong pada seseorang yang pupil matanya akan berdilatasi dan berkontraks dengan perubahan percahayaan. Kemampuan superior yang membuat mereka dapat melihat di siang dan malam hari, membantu mereka menghindari bahaya yang mengancam hidup mereka dan untuk bertahan hidup sampai usia reproduksi mereka. Serupa dengan hal tersebut, bayi yang ke arah dimana pipinya dielus dengan lembut, dapat menghisap sehingga meningkatkan kemungkinannya untuk bertahan hidup dan kemungkinan untuk karateristik rooting ini diturunkan pada anak-anaknya. Hal tersebut adalah adalah dua contoh atau beberapa reflex yang menjadi karateristik bayi manusia saat ini. Beberapa reflex seperti reflex pupil, terus mempunyai nilai kemampuan bertahan hidup, sementara yang lainnya seperti reflex rooting mempunyai manfaat yang semakin berkurang.
Walaupun seleksi alam membantu beberapa perilaku manusia, namun seleksi alam memungkinkan hanya bertanggung jawab atas sebagian kecil dari tindakan manusia. Skinner (1989) menyatakan bahwa faktor-faktor dari penguatan, terutama yang telah membentuk budaya manusia, menjelaskan kebanyakan dari perilaku manusia.



Evolusi Budaya
Skinner lebih suka mengelaborasikan secara penuh pada kepentingan budaya dalam pembentukan perilaku manusia.  Seleksi bertanggung jawab atas praktik budaya yang telah bertahan sebagaimana seleksi memiliki peranan kunci dalam sejarah evolusi manusia dan juga faktor-faktor dari penguat.
Sisa-sia budaya, seperti juga dari seleksi alam tidak semuannya bersifat adaptif. Sebagai contoh, divisi pekerja yang muncul dari revolusi industry telah membantu masyarakat untuk memproduksi lebih banyak barang, namun hal tersebut mengarah pada pekerjaan yang tidak lagi menguatkan secara langsung. Contoh lain adalah peperangan, ketika dalam dunia pra-industrisasi memberikan manfaat bagi beberapa masyarakat, namun saat ini telah berubah menjadi suatu ancaman bagi keberadaan manusia.
Kondisi Internal
Walaupun menolak penjelasan dari perilaku yang ditemukan dalam konstruk hipotesis yan bersifat tidak dapat diobservasi, Skinner tidak menyangkal adanya kondisi internal seperti perasaan cinta, kecemasan atau ketakutan. Kondisi internal dapt dipelajari sama perilaku lainnya namun tentu saja observasi mereka terbatas.
1.      Kesadara Diri
            Skinner (1974) yakin bahwa manusia tidak hanya mempunyai kesadaran, tetapi juga mengetahui atau menyadari kesadaran mereka tersebut. Mereka tidak hanya mengobservasi stimulus eksternal \, tetapi juga sadar bahwa mereka sedang mengobservasi stimulus tersebut.
            Perilaku adalahsuatu fungsi dari lingkungan dan bagian dari lngkunga yang berada di dalam seseorang. Bagian kehidupan ini adalah khusus milik seseorang sehingga bersifat personal. Setiap orang secara bersifat subyektif sadar akan pikiran, perasaan, ingatan dan intensinya.
2.      Dorongan
            Dari sudut pandang behaviorisme radikal, dorongan bukanlah penyebab dari perilaku namun lebih merupakan suatu penjelasan fiktif. Bagi Skinner (1953), dorongan hanya merujuk pada dampak kekurangan dari pemuasan atas sesuatu dan pada probobalitas yang berkaitan dengan sesuatu yang akan direspon oleh organism. Untuk membuat seseorang kekurangan makanan akan meningkatkankemungkinan untuk makan, untuk memuaskan seseorang akan menurunkan kemungkinan tersebut.
Akan tetapi, kondisi kekurangan dan puas bukanlah satu-satunya yang berkorelasi dengan perilaku makan. Faktor-faktor lain yang meningkatkan atau menurunkan kemungkinan seseorang untuk makan adalah rasa lapar yang diobservasi secara internal, ketersediaan makanan dan pengalaman terdahulu dengan penguatan perilaku berupa makanan.
3.      Emosi
            Skinner (1974) mengenali keberadaan subyektif dari emosi, namun ia bersikeras bahwa perilaku tidak dapat diatribusikan pada emosi. Ia menjelaskan emosi melalui faktor-faktor dari kemampuan bertahan hidup dan faktor-faktor penguatan. Sepanjang millennium, seseorang yang mempunyai kecenderungan kuat terhadap rasa takut ataupun kemarahan adalah mereka yang berhasil selamat atau meraih kemenangan atas suatu kondisi berbahaya, sehingga mampu menurunkan  karateristik ini pada keturunannya. Pada level perseorangan perilaku yang diikuti oleh rasa senang, kegembiraan, kenikmatan dan emosi-emosi menyenangkan lainnya cenderung akan mendapat penguatan, sehingga meningkatkan kemungkinan perilaku ini akan terulang dalam kehdupan orang tersebut.
4.      Tujuan dan Intensi
            Skinner (1974) juga mengenali konsep tujuan dan intense, namun sekali lagi, ia memperingatkan untuk tidak mengatribusikan perilaku pada kedua konsep tersebut. Tujuan dan intense ada dalam diri seseorang. Namun tidak dapat diteliti secara langsung dari luar. Tujuan yang terasa dan sedang dilakukan dengan sendirinnya mungkin bersifat menguatkan.  Sebagai contoh, seseorang dapat memiliki intense untuk menonton film pada jumat sore karena menonton film yang serupa telah memberikan efek yang menguatkan. Pada saat orang tersebut ingin pergi menonton film, ia merasakan kondisi fisik dari dalam dirinnya dan memberikan label “intense”. Oleh karena itu, apa yang disebut intesi atau tujuan adalah stimulus yang terasa secara fisik dari dalam orgamnisme dan bukan suatu peristiwa mental yang bertanggung jawab atas suatu perilaku. Konsekuaensi dari perilaku operan bukanlah untuk apa perilaku tersebut sekarang, konsekuensinnya keduannya hamper sama dengan konsekuensi yang telah terbentuk dan mempertahankannya.



Perilaku Kompleks
Perilaku manusia dapat menjadi sangat kompleks, tetapi skinner  yakin bahwa bahkan perilaku yang paling abstrak dan kompleks terbentuk dari seleksi alam, evolusim budaya dan sejarah seseorang atas penguatan yang diterimanya. Sekali lagi, Skinner tidak menyangkal adanya proses mental tingkat tinggi seperti kognisi dan mengingat. Ia juga tidak melupakan usaha-usaha kompleks manusia, seperti kreativitas, perilaku yang tidak disadari, mimpi dan perilaku social.
1.      Proses Mental Tingkat Tinggi
        Skinner (1974) mengakui bahwa pikiran manusia adalah hal yang paling sulit dinalisis dari semua perilaku manusia, tetapi setidaknya berpotensi untuk dimengerti selama seseorang tidak beralih pada hipnotis fiktif seperti “mind”. Berfikir, memecahkan masalah dan mengingat kembali merupakan perilaku yang dapat terlihat, yang mengambil tempat didalam diri seseorang, tetapi tidak didalam pikiran. Sebagai perilaku, contoh tersebut juga dapat dijelaskan melalui faktor-faktor penguatan yang samadengan perilaku yang dapat dilihat (overt behavior). Sebagai contoh, saat seseorang lupa dimana ia menaruh kunci mobilnya, ia akan mencarinya karena perilaku mencari yang serupa telah diberikan penguatan berdasarkan pengalaman sebelumnya.

2.    Kreativitas
        Mengenai kreativitas, Skinner (1974) membandingkan perilaku kreatif dengan seleksi alam dalam teori evolusi. “Sebagai suatu sifat yang tidak disengaja, yang muncul dari mutasi, diseleksi atau kontribusinnya pada kemampuan bertahan hidup, maka variasi yang tidak disengaja dalam perilaku diseleksi berdasarkan faktor-faktor penguat mereka. Sama seperti bagaimana seleksi alam menjelaskan perbedaan diantara spesies tanpa bergantung pada suatu pikiran kreatif yang Maha Kuasa. Behaviorisme menjelaskan perilaku yang inovatif dan baru tanpa menghiraukan pikiran kreatif yang personal.
        Bagi Skinner kretifitas hanyalah suatu perilaku (overt maupun covert) yang random dan tidak disengaja yang mendapatkan suatu penghargaan tertentu. Fakta bahwa beberapa orang lebih kretif dari pada orang lain adalah karena adanya perbedaan genetis dan perbedaan pengalaman yang membentuk perilaku kreatif mereka.

3.    Perilaku yang Tidak Disadari
        Sebagai penganut behaviorisme radikal, Skinner tidak dapat menerima gagasan bahwa ada suatu gudang dari ide dan emosi yang tidak disadari. Akan tetapi, ia menerima perilaku yang tidak disadari. Malah, karena manusia jarang mengobservasi hubungan antara variable genetic, lingkungan dan perilaku mereka sendiri, hamper semua perilaku kita termotivasi secara tidak sadar. Dalam pembahasan yang terbatas, perilaku disebut tidak sadar saat seseorang tidak lagi memikirkan tentang hal tersebut, karena telah ditekan memalui hukum. Perilaku yang mempunyai konsekuensi yang tidak menyenangkan mempunyai kecederungan untuk dilupakan atau tidak lagi berada didalam pikiran. Seorang anak yang dihukum secara berulang dan dengan keras karena permainan yang bersifat seksual, mungkinakan menekan perilakunya sekaligus menahan pikiran atau ingatan mengenai aktivitas seksual tersebut telah terjadi. Penyangkalan seperti itu menghindari aspek yang tidak diinginkan, yang berkaitan dengan pkiran mengenai hukuman dan kemudian menjadi suatu penguat negative. Dengan perkataan lain, anak tersebut akan terdorong untuk tida berfikir mengenai suatu perilaku seksual.

4.    Mimpi
        Skinner (1953) melihat mimpi sebagi suatu bentuk perilaku yang tertutup dan simbolis, yang dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penguatan sebagaiman perilaku pada umumnya. Ia setuju dengan Freud bahwa mimpi dapat berfungsi untuk tujuan pemenuhan keinginan. Perilaku bersifat menguatkan saat stimulus seksual atau agresif akhirnya dapat diekspresikan. Untuk mempraktika fantasi seksual dan untuk benar-benar menyakiti seorang musuh adalah dua perilaku yang mungkin diasosiasikan dengan hukuman. Bahkan, untuk memikirkan secara tertutup perilaku-perilaku tersebut akan mempunyai dampak yang menghukum, namun didalam mimpi perilaku tersebut dapat diekspresikan secara simbolis tanpa hukuman yang menyertainya.




5.    Perilaku Sosial
Kelompok tidak berperilaku, hanya individulah yang berperilaku. Individu-individu membentuk kelompok karena mendapatkan suatu manfaat dengan melakukan hal tersebut. Keanggotaan dari kelompok sosial tidak selalu memberikan penguatan, namun setidaknya tiga alasan, beberapa individu tetap menjadi anggota dari suatu kelompok. Pertama, individu tetap berada pada suatu kelompok yang menyiksa mereka karena beberapa anggota anggota kelompok menguatkan mereka. Kedua, beberapa individu terutama anak-anak mungkin tidk memunyai cara keluar dari keompok. Ketiga, pengutan mungkin terjadi dalan suatu jadwal yang tidak teratur.

Kontrol dari Perilaku Manusia
Perilaku seseorang dikontrol oleh faktor-faktor lingkungan. Faktor-faktor tersebut dapat ditegakkan oleh masyarakat, orang lain, atau diri sendiri; namun lingkungan, dan bukan kemauan bebas, yang bertanggung jawab atas semua perilaku.
·         Kontrol Sosial
            Seseorang bertindak untuk membentuk suatu kelmpok sosial karena perilaku semacam ini cenderung menguatkan. Kemudian, kelompok akan memberikan suatu kontrol terhadap anggotanya dengan merumuskan hukum, peraturan atau kebiasaan secara tertulis ataupuntidak, yang mempuyai suatu kehadiran fisik diluar  kehidupan tersebut. Hukum negara, peraturan organisasi, dan kebiasaan budaya berada diatas cara-cara seseorang untuk melawan suatu kontrol dan berfungsi sebagai variabel yang mengontrol dengan sangat kuat dalam hidup anggotannya.
            Menurut Erich Fromm, setiap orang dikontrol oleh beragam tekanan dan teknik sosial, namun semannya dapat dikelompokkan menjadi empat kategori: (1) pengondisian operan, (2) menjelaskan faktor-faktor, (3) kekurangan dan kepuasan, (4) pengendalian fisik (Skinner, 1953).
            Masyarakat memberikan suatu kontrol atas anggotanya melalui empat metode prinsip dari pengondisian operan, yaitu pengutan positif, penguatan negatif, dan dua teknik hukuman (memberikan stimulus yang tidak menyenagkan atau menghilangkan stimulus yang menyenangkan).
            Teknik kedua dari kontrol sosial adalah untuk memprediksikan kepada seseorang mengenai faktor-faktor dari penguatan. Menjelaskan faktor-faktor melibatkan bahasa-biasanya verbal, untuk memberitahu orang-orang konsekuensi dari perilaku yang belum mereka kerjakan. Banyak contoh yang tersedia dari menjelaskan faktor-faktor, antara lain melalui ancaman atau janji. Cara yang lebih halus dalam kontrol sosial adalah dengan iklan, dirancang untuk memanipulasi manusia untuk membeli suatu produk tertentu. Tidak ada satupun dari contoh-contoh ini yang mengusahakan suatu kontrol akan berhasil dengan sempurna,  tetapi masing-masing meningkatkan kemungkinan perilaku yang diinginkan akan muncul.
            Ketiga, perilaku dapat dikontrol dengan membuat sesorang kekurangan atau dengan memuaskan mereka dengan suatu pendorong. Sekali lagi, walaupun dengan kekurangan dan kepuasan adalah kondisi internal, tetapi kontrolnya tetap berasal dari lingkungan. Orang-orang yang kekurangan makanan lebih mungkin untuk makan; mereka yang puas memiliki kemungkinan yang lebih rendah walauoun tersedia makanan yang lezat.
            Terakhir, manusia dapat  dikontrol melalui pengendalian fisik, seperti menahan seorang anak dari suatu jurang yang dalam atau dengan memasukkan pelanggar hukum kepenjara. Pengendalian fisik berfungsi untuk melawan dampak pengondisian, dan pengendalian tersebut berakibat pada erilaku yang berkebalikan darri apa yang akan dilakukan oleh seseorang apabila ia tidak dikendalikan.
            Beberapa orang mungkin akan berkata bahwa pengendalian fisik adalah cara untuk menghalau kebebsan seseorang. Akan tetapi, Skinner (1971) yakin bahwa perilaku tidak mempunyai hubungan apa pu dengan kebebasab pribadi, tetapi dibentuk oleh faktor-faktor dari kemampuan bertahan hidup serta dampak dari penguatan adalah faktor-faktor dari lingkungan sosial. Oleh karena itu, suatu tindakan mengendalikan fisik eseorang tidak melakukan negasi yang berlebih pada kebebasan dibandingkan teknik kontrol lainnya, termasuk kontrol diri.

·         Kontrol Diri
            Skinner mengatakan bahwa seperi seseorang dapat ,mengubah variabel yang ada dalam lingkunganorang lain, mereka juga dapat memanipulasi variabel dalm lingkunganmereka sendiri, dan melakukan beberapa bentuk kontrol diri.
           
Skinner dan Margaret Vaughan (skinner&vaughan, 1983) telah mendiskusikan beberapa  teknik yang dapat digunakan oleh manusia untuk melakukan kontrol diri tanpa bergantung pilihan bebas. Pertama, mereka dapat menggunakan alat bantu seperti perkakas, mesin, dan sumber finansial merubah lingkungan mereka. Kedua, manusia dapat merubash lingkungannya sehingga meningkatkan kemungkinan munculnya perilaku yang diinginkan. Ketiga, manusia dapat mengatur lingkungannya supaya dapat menghindari stimulus yang tidak menyenangkan, hanya dengan melakukan respon yang tepat. Keempat, manusia dapat menggunakan obat-obatan, terutama alkohol sebagai suatu cara melakukan kontrol diri. Kelima, manusia dapat melakukan hal lain untuk menghindari berperilaku dengan cara yang tidak diinginkan.

F.     KEPRIBADIAN YANG TIDAK SEHAT
Teknik kontrol sosial dan kontrol diri kadang-kadang memberikan dampak yang merusak, yang dapat berakibat pada perilaku yang tidak pantas dan perkembangan kepribadian yang tidak sehat.

Strategi Perlawanan
Saat kontrol sosial yang terasa berlebih, manusia dapat menggunakan tiga strategidasar untuk melawan hal tersebut, mereka dapat menghindar, memberontak atau menggunakan resistensi pasif (Skinner, 1953). Dengan strategi mertahan melalui menghindar, manusia menarik diri dari agen yang melakukan kontrol secara fisik atau psikologis. Manusia yang melawan dengan menghidar akan mengalami kesuliatan untuk terlibat dalam hubungan personal yang intim, cenderung menjadi tidak percaya pada orang lain, dan memilih untuk hidup sendirian tanpa adanya keterlibatan.
Manusia yang memberontak atas kontrol sosial berperilaku lebih aktif, dengan kembali menyerang agen yang melawan kontrol. Orang dapat memberontak dengan merusak fasilitas umum, meniksa guru, melakukan penyerangan secara verbal pada orang lain, mencuri peralatan dari pemilik usaha, memprovokasi polisi, atau menggulinhkan organisasi yang sudah terbentuk seperti agama atau pemerintahan.
Manusia yang melawan kontrol melalui resistensi pasif lebih tenang darpada mereka yang memberontak, dan lebih mengganggu para pelaku kontrol daripada mereka yang mencoba untuk menghindar. Skinner (1953) yakni bahwa resistensi pasif paling sering digunakkan pada saat menghindar danj memeberonntak gagal dilakukan. Salah satu karakteristik yang paling jelas adalah sifat keras kepala.
Perilaku yang Tidak Pantas
Perilaku yang tidak pantas merupakan hasil dari teknik melawan kontrol sosial yang merugiukan diri sendiri atau dari usaha yang gagal dalam melakukan kontrol diri, terutama saat salah satu dari kegagalan ini diikuti oleh emosi yang kuat. Seperti kebnayakan perilaku, respon yang tidak pantas atau tidak sehat dipelajari. Perilaku tersebut terbentuk dari penguatan negatif dan positif, khususnya oleh dapmpak dari hukuman.
Perilaku yang tidak pantas meliputi perilaku yang sangat kuat dan berlebihan, yang tidak masuk akal untuk sitiasi yang kontemporer, namun dapat masuk akal dalam konteks sejarah masa lalu; dan perilaku snagat terbatas, yang digunakan manusia sebagai cara untuk menghindari stimulus yang tidak menyenangkan yang diasosiasikan dengan hukuman. Bentuk lain dari perilaku tidak pantas adalah menghindari kenyataan dengan tidak memberikan perhatian sama sekali terhadap stimulus yang tidak menyenangkan.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori belajar menurut B.F Skinner  yaitu Operant Conditioning merupakan suatu bentuk belajar yang mana kehadiran respon berulang-ulang dikendalikan oleh konsekuensinya, dimana individu cenderung mengulang-ulang respon yang diikuti oleh konsekuensi yang menyenangkan. Adanya hukuman dan hadiah yang diberikan akan membuat individu lebih mudah untuk belajar.
Menurut Skinner unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.























DAFTAR PUSTAKA
Feist, J. F. (2010). Teori Kepribadian Edisi 7 buku 2. Jakarta: Salemba Humanika.