Salam yang Benar

Salam yang Benar
Semoga Bermanfaat

Friday, March 18, 2016

Pengertian, aspek, ciri, faktor yang mempengaruhi resiliensi

1.                  Pengertian resiliensi
Resiliensi merupakan kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan respon terhadap permasalahan sehari-hari yang tidak menyenangkan, mengatasi permasalahan dengan cara menunjukkan fungsi yang adaptif yang berperan penting bagi dirinya didalam menghadapi suatu kesulitan (Issacson, 2002; McEwen, 2011; Nasution, 2011). Resiliensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang sehingga dapat bangkit dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara yang produktifdan sehat tanpa melakukan kekerasan dimana cara tersebut merupakan hal yang penting untuk dapat mengendalikan tekanan dalam hidup ketika berada di bawah kondisi yang penuh dengan tekanan dan tergolong parah (Siebert, 2005; Benard, 2004; Reivich & Shatte, 2002).
2.             Aspek resiliensi
Aspek resiliensi menurut Reivich & Shatte (2002) terdiri dari tujuh aspek antara lain:
a.         Emotion Regulation atau regulasi emosi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk tetap tenang dibawah kondisi yang menekan.
b.        Impulse control atau kontrol terhadap impuls merupakan suatu kemampuan untuk bisa menekan dan mengendalikan berbagai macam dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang.
c.         Optimism adalah seseorang memiliki pandangan positif terhadap kemampuan dirinya bahwa dirinya bisa mengatasi berbagai tekanan.
d.        Causal analysis atau analisis masalah adalah kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi penyebab dari setiap masalah yang dihadapinya.
e.         Empathy adalah kemampuan seseorang dalam melihat maksud dari tanda-tanda nonverbal yang dimunculkan seseorang.
f.         Self-efficacy adalah keberhasilan seseorang dalam memecahkan masalah.
g.        Reaching out  atau pencapaian adalah kemampuan seseorang dalam mengambil hikmah dari setiap masalah yang menimpanya.

Resiliensi menurut Benard (2004) memiliki empat aspek yaitu:
a.         Social Competence. Kemampuan sosial mencakup karakteristik, kemampuan dan tingkah laku yang diperlukan seseorang untuk membangun suatu relasi dan kedekatan yang positif terhadap orang lain. Diidentifikasikan sebagai atribut dari resiliensi, termasuk kualitas dari fleksibilitas, empati, rasa peduli, kemampuan komunikasi, rasa humor, dan tingkah laku prososial lainnya.
b.        Problem Solving Skills. Kemampuan ini mencakup kemampuan berpikir abstrak, reflektif, dan fleksibel, mencoba mencari alternatif solusi dari masalah kognitif dan sosial.
c.         Autonomy melibatkan kemampuan untuk bertindak dengan bebas dan untuk merasakan suatu sense of control atas lingkungan. Autonomy juga diasosiasikan dengan kesehatan yang positif dan perasaan akan kesejahteraan, merasakan kebebasan dan berkehendak dalam melakukan suatu tindakan.
d.        Sense of purpose, yaitu: memiliki orientasi untuk sukses, motivasi untuk berprestasi, memiliki harapan (hope) yang sehat, memiliki antisipasi. Fokus terhadap masa depan yang positif dan kuat secara konsisten telah diidentifikasikan dengan sukses dalam bidang akademis, identitas diri yang positif, dan sedikitnya tingkah laku yang beresiko terhadap kesehatan.

3.             Ciri seseorang yang memiliki resiliensi
Ciri-ciri seseorang yang resilien menurut Grotberg (1999) terdiri atas tiga hal berikut:
a.         Memiliki kemampuan untuk mengendalikan berbagai macam dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang.
b.        Memiliki kemampuan untuk dapat bangkit dari permasalahan dan berusaha untuk mengatasinya.
c.         Mandiri serta dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatif dirinya sendiri, mempunyai sikap empati dan kepedulian yang tinggi terhadap sesama.

Berdasarkan dengan hal tersebut diatas Reivich & Shatte (2002) menambahkan tiga ciri yaitu:
a.         Mampu mengatasi stress.
b.        Bersikap realistik serta optimistik dalam mengatasi masalah.
c.         Mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman.
Menurut Wagnild & Young (1993) terdapat lima karakterisitk seseorang yang memiliki resiliensi antara lain:
a.         Meaningfulness yaitu memiliki tujuan dalam menjalani kehidupan.
b.        Perseverance yaitu keinginan untuk terus maju meskipun mengalami kesulitan.
c.         Self-reliance adalah percaya pada diri sendiri dengan memahami kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.
d.        Equanimity adalah kemampuan untuk tetap optimis walaupun dalam situasi yang sulit serta memiliki rasa humor.
e.         Existential aloneness yaitu seseorang menerima dirinya apa adanya, memiliki pendirian yang kuat dan tidak memiliki keinginan untuk konform dengan lingkungan.

4.             Faktor yang mempengaruhi resiliensi
Menurut Kumpfer (1999) ada enam faktor yang mempengaruhi resiliensi yaitu:
a.         Stressors atau tantangan hidup dimana faktor ini kemudian menjadi stimuli yang mengaktivasi proses resiliensi pada seseorang.
b.        External environmental context yang meliputi keseimbangan dan interaksi antara faktor resiko dan faktor protektif dan juga proses-proses yang terjadi pada domain ekternal yang penting dalam kehidupan seseorang.
c.         Person-environment interactional processes yang meliputi proses transaksional antara seseorang dengan lingkungan dengan mengubah lingkungan menjadi lebih protektif.
d.        Internal self characteristics yang meliputi keadaan internal seseorang dalam kompetensi atau kekuatan spiritual, kognisi, sosial, fisikal, dan emosional yang berguna untuk bisa sukses dalam tugas perkembangan, budaya dan lingkungan yang berbeda.
e.         Resilience process meliputi resiliensi jangka pendek dan jangka panjang dan juga proses coping yang dipelajari seseorang melalui paparan terhadap berbagai masalah.
f.         Positive outcomes merupakan adaptasi hidup yang berhasil pada tugas perkembangan yang spesifik yang kemudian membantu adaptasi positif pada tugas perkembangan berikutnya.
Menurut Holaday & McPhearson (1997) ada enam faktor yang mempengaruhi resiliensi yaitu:
a.         Social support melibatkan pengaruh budaya, dukungan dari orang tua dan komunitas dalam mempengaruhi resiliensi seseorang.
b.        Cognitive skillstermasuk didalamnya intelejensi, gaya menghadapi masalah, menghindari menyalahkan diri sendiri, dan religiusitas.
c.         Psychological resources termasuk didalamnya empati, rasa keingin tahuan internal locus of control, cenderung mengambil hikmah dari setiap permasalahan dan pengalaman hidup, dan selalu fleksibel ketika menghadapi situasi yang sulit.

Sumber

 

Benard, B. (2004). Resiliency: what we have learned. WestEd.
Grotberg, E. (1999). Tapping your inner strength. Oakland: New Harbinger Publication Inc.
Holaday, M., & McPhearson, R. W. (1997). Resilience and severe burns. Journal of Counseling and Development , 75, 348-351.
Issacson, B. (2002). Characteristics and enhancement of resiliency in young people a research paper. University of Wisconsin-Stout.
Kumpfer, K. L. (1999). Factors and processes contributing to resilience: the resilience framework.
McEwen, K. (2011). Building resilience at work. Australia: Australian Academic Press.
Nasution, S. M. (2011). Resiliensi daya pegas menghadapi trauma kehidupan. Medan: USU Press.
Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The resilience factor: 7 essential skills for overcoming life's inevitable obstacle. New York: Broadway Books.
Siebert, A. (2005). The resilience advantage: master change, thrive under pressure, and bounce back from set backs. San Franscisco: Berrette-Koehler.
Wagnild, G., & Young, H. (1993). Development and psychometric evaluation of nursing measurement. Journal of Nursing Measurement , I (2), 167.



1 comment:

  1. terima kasih banyak untuk blognya sesuai dengan yang aku cari

    ReplyDelete