1.
Pengertian resiliensi
Resiliensi
merupakan kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan respon
terhadap permasalahan sehari-hari yang tidak menyenangkan, mengatasi
permasalahan dengan cara menunjukkan fungsi yang adaptif yang berperan penting
bagi dirinya didalam menghadapi suatu kesulitan (Issacson, 2002; McEwen, 2011;
Nasution, 2011). Resiliensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang
sehingga dapat bangkit dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara yang produktifdan
sehat tanpa melakukan kekerasan dimana cara tersebut merupakan hal yang penting
untuk dapat mengendalikan tekanan dalam hidup ketika berada di bawah kondisi
yang penuh dengan tekanan dan tergolong parah (Siebert, 2005; Benard, 2004;
Reivich & Shatte, 2002).
2.
Aspek resiliensi
Aspek resiliensi menurut Reivich & Shatte (2002)
terdiri dari tujuh aspek antara lain:
a.
Emotion
Regulation atau regulasi emosi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang
untuk tetap tenang dibawah kondisi yang menekan.
b.
Impulse control atau kontrol
terhadap impuls merupakan suatu kemampuan untuk bisa menekan dan mengendalikan
berbagai macam dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang.
c.
Optimism adalah seseorang
memiliki pandangan positif terhadap kemampuan dirinya bahwa dirinya bisa
mengatasi berbagai tekanan.
d.
Causal analysis atau analisis
masalah adalah kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi penyebab dari setiap
masalah yang dihadapinya.
e.
Empathy adalah kemampuan
seseorang dalam melihat maksud dari tanda-tanda nonverbal yang dimunculkan
seseorang.
f.
Self-efficacy adalah
keberhasilan seseorang dalam memecahkan masalah.
g.
Reaching out atau pencapaian adalah kemampuan seseorang
dalam mengambil hikmah dari setiap masalah yang menimpanya.
Resiliensi menurut Benard (2004) memiliki empat
aspek yaitu:
a.
Social Competence. Kemampuan
sosial mencakup karakteristik, kemampuan dan tingkah laku yang diperlukan
seseorang untuk membangun suatu relasi dan kedekatan yang positif terhadap
orang lain. Diidentifikasikan sebagai atribut dari resiliensi, termasuk
kualitas dari fleksibilitas, empati, rasa peduli, kemampuan komunikasi, rasa
humor, dan tingkah laku prososial lainnya.
b.
Problem Solving
Skills. Kemampuan ini mencakup kemampuan berpikir abstrak, reflektif, dan
fleksibel, mencoba mencari alternatif solusi dari masalah kognitif dan sosial.
c.
Autonomy melibatkan
kemampuan untuk bertindak dengan bebas dan untuk merasakan suatu sense of control atas lingkungan. Autonomy juga diasosiasikan dengan
kesehatan yang positif dan perasaan akan kesejahteraan, merasakan kebebasan dan
berkehendak dalam melakukan suatu tindakan.
d.
Sense of purpose, yaitu: memiliki
orientasi untuk sukses, motivasi untuk berprestasi, memiliki harapan (hope) yang sehat, memiliki antisipasi.
Fokus terhadap masa depan yang positif dan kuat secara konsisten telah
diidentifikasikan dengan sukses dalam bidang akademis, identitas diri yang
positif, dan sedikitnya tingkah laku yang beresiko terhadap kesehatan.
3.
Ciri seseorang yang memiliki resiliensi
Ciri-ciri seseorang yang resilien menurut
Grotberg (1999) terdiri atas tiga hal berikut:
a.
Memiliki kemampuan untuk mengendalikan berbagai macam
dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang.
b.
Memiliki kemampuan untuk dapat bangkit dari permasalahan dan
berusaha untuk mengatasinya.
c.
Mandiri serta dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran
serta inisiatif dirinya sendiri, mempunyai sikap empati dan kepedulian yang
tinggi terhadap sesama.
Berdasarkan dengan hal tersebut diatas Reivich &
Shatte (2002) menambahkan tiga ciri yaitu:
a.
Mampu mengatasi stress.
b.
Bersikap realistik serta optimistik dalam mengatasi masalah.
c.
Mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan
nyaman.
Menurut Wagnild & Young (1993) terdapat lima
karakterisitk seseorang yang memiliki resiliensi antara lain:
a.
Meaningfulness yaitu memiliki
tujuan dalam menjalani kehidupan.
b.
Perseverance yaitu keinginan
untuk terus maju meskipun mengalami kesulitan.
c.
Self-reliance adalah percaya
pada diri sendiri dengan memahami kekurangan dan kelebihan yang dimiliki.
d.
Equanimity adalah kemampuan
untuk tetap optimis walaupun dalam situasi yang sulit serta memiliki rasa
humor.
e.
Existential
aloneness yaitu seseorang menerima dirinya apa adanya, memiliki
pendirian yang kuat dan tidak memiliki keinginan untuk konform dengan
lingkungan.
4.
Faktor yang mempengaruhi resiliensi
Menurut Kumpfer (1999) ada enam faktor yang
mempengaruhi
resiliensi yaitu:
a.
Stressors atau tantangan
hidup dimana faktor ini kemudian menjadi stimuli yang mengaktivasi proses
resiliensi pada seseorang.
b.
External
environmental context yang meliputi keseimbangan dan interaksi antara faktor
resiko dan faktor protektif dan juga proses-proses yang terjadi pada domain
ekternal yang penting dalam kehidupan seseorang.
c.
Person-environment
interactional processes yang meliputi proses transaksional antara seseorang
dengan lingkungan dengan mengubah lingkungan menjadi lebih protektif.
d.
Internal self
characteristics yang meliputi keadaan internal seseorang dalam kompetensi
atau kekuatan spiritual, kognisi, sosial, fisikal, dan emosional yang berguna
untuk bisa sukses dalam tugas perkembangan, budaya dan lingkungan yang berbeda.
e.
Resilience
process meliputi resiliensi jangka pendek dan jangka panjang dan juga proses
coping yang dipelajari seseorang melalui paparan terhadap berbagai masalah.
f.
Positive outcomes merupakan
adaptasi hidup yang berhasil pada tugas perkembangan yang spesifik yang
kemudian membantu adaptasi positif pada tugas perkembangan berikutnya.
Menurut Holaday & McPhearson (1997) ada enam faktor yang
mempengaruhi
resiliensi yaitu:
a.
Social
support melibatkan pengaruh budaya, dukungan dari orang tua dan
komunitas dalam mempengaruhi resiliensi seseorang.
b.
Cognitive
skillstermasuk didalamnya intelejensi, gaya menghadapi masalah,
menghindari menyalahkan diri sendiri, dan religiusitas.
c.
Psychological
resources termasuk didalamnya empati, rasa keingin tahuan internal locus of control, cenderung
mengambil hikmah dari setiap permasalahan dan pengalaman hidup, dan selalu
fleksibel ketika menghadapi situasi yang sulit.
Sumber
Benard, B. (2004). Resiliency: what we have learned.
WestEd.
Grotberg, E.
(1999). Tapping your inner strength. Oakland: New Harbinger
Publication Inc.
Holaday, M., &
McPhearson, R. W. (1997). Resilience and severe burns. Journal of
Counseling and Development , 75, 348-351.
Issacson, B.
(2002). Characteristics and enhancement of resiliency in young people a
research paper. University of Wisconsin-Stout.
Kumpfer, K. L.
(1999). Factors and processes contributing to resilience: the resilience
framework.
McEwen, K. (2011). Building
resilience at work. Australia: Australian Academic Press.
Nasution, S. M.
(2011). Resiliensi daya pegas menghadapi trauma kehidupan. Medan: USU
Press.
Reivich, K., &
Shatte, A. (2002). The resilience factor: 7 essential skills for
overcoming life's inevitable obstacle. New York: Broadway Books.
Siebert, A. (2005).
The resilience advantage: master change, thrive under pressure, and bounce
back from set backs. San Franscisco: Berrette-Koehler.
Wagnild, G., &
Young, H. (1993). Development and psychometric evaluation of nursing
measurement. Journal of Nursing Measurement , I (2), 167.
terima kasih banyak untuk blognya sesuai dengan yang aku cari
ReplyDelete