Kunci Sukses Dalam Berkomunikasi
Communication
is the key to success, ya
ungkapan tersebut menggambarkan betapa pentingnya peranan komunikasi untuk
menggapai kesuksesan dalam hidup. Kita mungkin sering mendengar ungkapan
tersebut akan tetapi masih banyak diantara kita yang gagal dalam menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Berbagai macam alasan mengemuka mulai dari alasan
tidak adanya rasa PEDE, ketidaksempurnaan alat ucap, hingga penampilan fisik
yang kurang ideal dan masih banyak lagi alasan yang kita buat. Secara teoritis
proses komunikasi akan berjalan efektif, lancar dan menguntungkan jika
didalamnya memuat lima hukum komunikasi efektif atau dalam bahasa asingnya
disebut the five inevitable laws of
effective communication. Kelima hal tersebut disingkat ”REACH”, dengan
rincian sebagai berikut:
1.
R (respect) yaitu perasaan hormat dan
saling menghargai.
2.
E (empathy) yaitu kemampuan untuk
menempatkan diri pada kondisi yang dihadapi oleh orang lain.
3.
A (audible) yaitu apa yang kita sampaikan
dapat dimengerti dengan baik oleh lawan bicara.
4.
C (clarity) yaitu pesan yang kita sampaikan
jelas dan transparan.
5.
H (humble) yaitu rendah hati, mau melayani,
rela memaafkan, lemah lembut dan tidak memojokkan atau menyerang orang lain.
Jika kita mampu mempraktekkan pola komunikasi
tersebut maka insya Allah kita akan menjadi seorang komunikator yang disukai
lawan bicara. Sebelum konsep REACH ini dikenal secara meluas sebenarnya Nabi
Muhammad SAW telah mengajarkannya melalui perilaku Beliau, berikut kisahnya.
Dalam sebuah hadits, dikisahkan bahwa pada suatu hari, seorang pemuda
datang kepada Rasulullah SAW. Pemuda tersebut hendak memeluk Islam. Akan tetapi
dibalik keinginan sang pemuda tersebut, pemuda tersebut mengajukan satu syarat
yang sangat tidak masuk akal kepada Rasulullah SAW syarat tersebut yaitu
meminta agar Nabi Muhammad SAW tidak melarangnya berbuat zina.
Nabi Muhammad SAW tidak marah mendengar permintaan pemuda tersebut. Beliau
justru tersenyum dan tidak memarahi pemuda tersebut dan mengajak pemuda
tersebut berdialog:
“wahai pemuda, mendekatlah.” Pinta Nabi Muhammad SAW.
Pemuda itu pun mendekat.
“duduklah,” perintah Rasulullah SAW.
“wahai pemuda, maukah kamu jika itu (zina) terjadi pada ibumu?”
“tidak. Demi Allah, aku tidak rela!” jawab si pemuda.
“demikianlah pula seluruh manusia, tidak suka zina terjadi pada ibu-ibu
mereka.”
Nabi pun bertanya lagi, “maukah kamu jika itu terjadi pada anak
perempuanmu?”
Pemuda itu menjawab “tidak”,. Kemudian Rasulullah SAW bertanya bagaimana
jika hal itu (zina) terjadi pada saudara perempuan dan bibi kamu.”
Pemuda tersebut lantas menjawab “saya tidak rela.”
Kemudian Nabi Muhammad SAW meletakkan tangannya di bahu pemuda tersebut
seraya berdoa, “Ya Allah, sucikanlah hati pemuda ini. Ampunilah dosanya dan
peliharalah ia dari zina.”
Setelah dialog tersebut terjadi perubahan yang drastis pada pemuda
tersebut, saat itu tidak ada perbuatan yang paling dibenci oleh pemuda tersebut
selain melakukan zina.
Dari kisah tersebut maka kita dapat temukan wujud konkret dari teori REACH
yang dipraktekkan Nabi Muhammad SAW yaitu:
1.
Nabi Muhammad
SAW memperlakukan pemuda tersebut dengan sangat hormat. Rasulullah SAW tetap
menghargai pemuda tersebut meskipun permintaannya sangat tidak etis akan tetapi
Beliau tidak memarahi pemuda tersebut. Ini merupakan contoh dari respect.
2.
Nabi Muhammad
SAW berusaha merasakan sesuatu yang ada di dalam hati pemuda tersebut, sehingga
Beliau tidak frontal, menyerang dan menyalahkannya. Andai saja Beliau langsung
mengatakan tidak boleh, haram dan mengutuk maka kemungkinan besar pemuda
tersebut justru mundur dan mengurungkan niatnya untuk masuk Islam. Contoh dari empathy.
3.
Nabi Muhammad
SAW menyampaikan pesan dengan jelas dan penuh keterbukaan. Hal ini merupakan
teknik persuasif yang dilakukan Nabi Muhammad SAW agar pemuda tersebut sadar
dan merasakan ketenangan, bukan beban. Contoh dari audible dan clarity.
4.
Nabi Muhammad
SAW menjalin komunikasi dengan landasan akhlak mulia, lemah lembut,
mendengarkan pendapat, meskipun Beliau memahami bahwa zina itu haram namun
Beliau tidak langsung memberikan dalil ihwal haramnya zina dan akibat-akibat
buruk yang ditimbulkannya. Beliau cukup menyentuh hati dan pikiran pemuda
tersebut hingga keinginannya berubah menjadi penolakan dengan enggan melakukan
zina. Contoh dari humble.
SUMBER
al-Firdaus, I. (2014). Bicaralah yang baik, atau diamlah...
(Raisya, Ed.) Yogyakarta: Safirah.
No comments:
Post a Comment