Salam yang Benar

Salam yang Benar
Semoga Bermanfaat

Thursday, January 24, 2013

MAKALAH ADAB DAN WAKTU BERDO’A YANG MUSTAJAB




MAKALAH TUTORIAL
ADAB DAN WAKTU BERDO’A YANG MUSTAJAB
 

Disusun oleh :
NAMA:ERVIANTO
NIM:072110998

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS  ISLAM  SULTAN  AGUNG
SEMARANG
           2012 /2013

   

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang masih memberikan kesehatan dan kesempatannya kepada kita semua, terutama kepada penulis. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Berikut ini, penulis persembahkan sebuah makalah (karya tulis) yang berjudul “ADAB DAN WAKTU BERDO’A yang MUSTAJAB”. Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua, terutama bagi penulis sendiri.
Kepada pembaca yang budiman, jika terdapat kekurangan atau kekeliruan
dalam makalah ini, penulis mohon maaf, karna penulis sendiri dalam tahap belajar.
Dengan demikian, tak lupa penulis ucapkan terimakasih, kepada para
pembaca.
Semoga Allah memberkahi makalah ini sehingga benar-benar bermanfaat.
                                                            Semarang,08 Juni 2012   
                                                                                   
                                                                        Penulis




    BAB I
PENDAHULUAN   
A.Latar Belakang
            Manusia sering menjumpai persoalan atau masalah dalam kehidupan di dunia ini.Tampaknya tak ada seorangpun yang terhindar dari masalah.Bukanlah hidup namanya kalau tidak bermasalah.Seperti air laut kadang mengalami pasang sekali waktu mengalami surut.Begitu pula kehidupan manusia di dunia ini silih berganti mengalami pasang surut kehidupan.Jika sedang asa,kecewa bahkan ada yang sampai bunuh diri.
Jadi hidup ini penuh dengan masalah,dan aneka ragam problematika yang sejatinya untuk menguji manusia sejauh mana manusia mensikapi masalah yang sedang di hadapi.Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 155-157:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,dengan sedikit ketakutan,kelaparan,kekurangan harta,jiwa dan buah-buahan.Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.(yaitu) orang-orang yang apabila di timpa musibah,mereka mengucapkan,”Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”.”Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka,dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Orang-orang yang beriman jika menjumpai masalah atau persoalan hidup tentu seperti yang di gambarkan ayat-ayat al-Qur’an sebagaiman di kutip di atas tersebut dimana apabila ia sedang mengalami surut,tertimpa kerugian,kesedihan & sejenisnya akan tetap sabar & tawakkal kepada Allah.Ia yakin bahwa masih ada tempat untuk mengadu,tempat untuk berlindung yaitu Allah SWT.
B.Rumusan Masalah
1.Apa  itu do’a??
2.Menguraikan perintah berdoa dari al-Quran dan Hadis
3.Bagaimana adab dan tata tertib berdo’a yang baik
4.Kapan waktu-waktu berdoa yang mustajab

D.Manfaat
1.Bisa menjelaskan apa itu do’a
2.Bisa mengetahui dalil-dalil berdoa dari al-Quran dan Hadis
3.Bisa mengetahui adab dan tata tertib berdoa yang baik
4.Bisa mengetahui waktu-waktu berdoa yang mustajab




     BAB II.
PEMBAHASAN
1.Pengertian Doa
Doa dari bahasa Arab da’a,yad’u,du’aan artinya permohonan atau permintaan.Permohonan atu permintaan dari seorang hamba kepada Tuhan dengan menggunakan lafal yang dikehendaki dan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan.Jadi doa ialah suatu bentuk ibadah dengan melahirkan kerendahan hati di hadapan Allah Yang Maha Tinggi dan Mulia serta memohon bantuan dan pertolongan-Nya.Allah memerintahkan manusia agar selalu berdo’a dan merendahkan diri pada-Nya serta menjanjikan akan mengabulkan do’a dan mewujudkan apa yang diminta itu. Kata-kata ‘do’a’ banyak sekali terdapat didalam Al-Qur’an dan masing-masing mempunyai makna tertentu.
Pertama : dengan makna ibadat, seperti dalam firman Allah ;
“Dan janganlah kamu berdoa kepada selain Allah, yaitu kepada sesuatu yang tidak dapat mendatangkan manfaat kepada engkau dan tidak kuasa pula mendatangkan mudharat kepada engkau”. (Q. S. Yunus : 106)
Yang dimaksudkan dengan “berdoa” dalam ayat ini ialah beribadat (mengadakan penyembahan) yakni janganlah kamu beribadah (menyembah) selain daripada Allah yaitu sesuatu yang tidak kuasa memberikan manfaat kepadamu dan tidak kuasa pula mendatangkan mudharat kepadamu.




Kedua : dengan makna Istighatsah (memohon bantuan dan pertolongan). seperti dalam firman Allah ;
”…. dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar”. (Q. S. Al-Baqarah : 23)
Yang dimaksud dengan “doa” dalam ayat ini ialah Istighatsah (meminta bantuan atau pertolongan).
Ketiga : dengan makna permintaan atau permohonan, seperti dalam firman Allah ;
”…. berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu”. (Q. S. Al-Mu’min : 60)
Yang dimaksud dengan perkataan “doa” (ud’unii) dalam ayat ini ialah memohon atau meminta.
Keempat : dengan makna percakapan, seperti dalam firman Allah ;
” Do`a mereka di dalamnya ialah: "Subhanakallahum-ma”. (Q. S. Yunus : 10)
Yang dimaksud dengan perkataan “doa” dalam ayat ini ialah percakapan mereka didalam surga.
Kelima : dengan makna memuji, seperti dalam firman Allah ;
” Katakanlah : Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman”. (Q. S. Al-Isra’ : 110)
Yang dimaksud dengan “doa” dalam ayat ini ialah memuji yaitu memuji Allah atau memuji Ar-Rahman.
Berdasarkan pengertian atau makna dari doa yang tertera diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa doa itu ialah ‘Melahirkan kehinaan dan kerendahan diri serta menyata kan keinginan dan ketundukan kepada Allah SWT.’




2. Perintah-Perintah Do’a dalam Al Qur’an dan Al Hadits
a. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Ash-habus Sunan dari Nu’man bin Basyir bahwa Rasulullah SAW. bersabda ;
“Sesungguhnya berdo’a itu merupakan ibadah,” lalu dibacanya ayat Al-Qur’an :
“Berdo’alah kamu kepada Ku niscaya Ku kabulkan do’a mu itu, Orang-orang yang menyombongkan diri hingga tak hendak beribadah kepada Ku sungguh mereka itu akan masuk neraka dalam keadaan terhina”
. (Q.S. Al-Mu'min : 60)
b. Diriwayatkan oleh Abdur Razak dari Hasan ra. :
“ Bahwa para sahabat Rasulullah SAW. bertanya kepadanya : Dimana Tuhan kita itu ?, Maka Allahpun menurunkan ayat :
“Dan seandainya hamba-hamba Ku bertanya tentang Aku kepadamu, maka sesungguhnya Aku ini Maha Dekat. Aku akan mengabulkan permohonan dari orang yang berdo’a, jika ia berdo’a kepada Ku”
(Q.S. Al-Baqarah : 186)
c. Diriwayatkan oleh Turmudzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi SAW. bersabda :
“Tidak satupun yang lebih dihargai oleh Allah dari pada do’a”.
d. Diriwayatkan Turmudzi dari padanya lagi bahwa Rasulullah SAW. bersabda :
“Siapa yang ingin do’anya dikabulkan Allah Ta’ala dalam bahaya dan kesusahan, hendaklah ia banyak berdo’a dalam kesenangan”.




e. Diriwayatkan dalam hadits qudsi oleh Abu Ya’la dari Anas ra, Rasulullah SAW bersabda dari Allah SWT :
“Ada empat perkara : salah satu diantaranya adalah buat Ku, satu lagi buatmu, satu lagi antara Ku denganmu, dan satu lagi antaramu dengan hamba-hamba Ku. Adapun yang buat Ku ialah bahwa kamu tidak akan mempersekutukan Ku dengan sesuatupun juga. Dan yang buatmu, apa juga kebajikan yang kamu lakukan, akan Ku berikan balasan. Mengenai yang antara Aku dengan mu, ialah darimu berdo’a, sedang dari Ku mengabulkannya. Kemudian mengenai perkara antara mu dengan hamba-hamba Ku bahwa kamu akan menyukai buat mereka, apa yang kamu sukai buat dirimu sendiri “.
f. Allah berfirman dalam Hadits Qudsi yang diriwayatkan oleh ‘Askari dari Abu Hurairah ra.:
“Barangsiapa yang tidak berdo’a kepada Ku, maka Aku akan murka kepadanya”.
g. Diterima dari Aisyah ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda :
“Tidak mempan sikap berhati-hati terhadap takdir, sedang dia itu akan memberi manfaat, baik terhadap hal-hal yang telah terjadi maupun yang belum terjadi. Dan sungguh, bala atau malapetaka itu turun, lalu disambut oleh do’a, maka bergulatlah kedua mereka sampai hari kiamat”. (H.R. Bazzar, Thabrani, juga oleh Hakim yang menyatakan isnadnya sah)
h. Diterima dari Salman Farisi bahwa Rasulullah SAW. bersabda :
“Tidak dapat menolak qadha kecuali do’a, dan tidak bisa menambah umur kecuali kebajikan”.(H.R. Turmudzi yang menyatakannya sebagai hadis hasan lagi gharib).
i. Diriwayatkan oleh Abu ‘Uwanah dan Ibnu Hibban bahwa Rasulullah SAW. bersabda :
“Jika salah seorang diantaramu berdo’a, hendaklah ia menunjukkan besarnya keinginan buat memperolehnya, karena tidak satupun yang dianggap besar oleh Allah”.

Dari beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits diatas jelaslah bahwa do’a merupakan suatu ibadah yang sangat dianjurkan dan disukai oleh Allah dan Rasul–Nya. Sampai Allah murka dan menganggap sombong orang yang tidak mau berdo’a. Orang beriman yang senang berdo’a dia akan mendapatkan beberapa faedah atau manfaat diantaranya :
‘Imannya semakin kuat, hatinya menjadi tenang dan jernih, akan terjauh dari sikap putus asa, mengurangi gundah gulana, menggiatkan bekerja, menambah kegemaran beribadah dan beramal soleh, memudahkan rezeki, membuat adab dan akhlaknya menjadi halus, membuat dirinya menjadi sabar, menghilangkan was-was dalam hati, juga sebagai obat dari segala macam penyakit, dan meresapkan rasa keTuhanan karena seseorang yang berdo’a merasa berkomunikasi dengan Tuhannya.’
3. Adab dan Tata Tertib Berdo'a
Berdo’a itu mempunyai adab dan tata tertib yang harus diperhatikan oleh orang yang akan melaksanakannya. Diantara adab dan tata tertib berdo’a adalah sebagai berikut :
a. Mencari yang halal ( memakan dan menggunakan barang yang halal dan menjauhi yang haram )
Diriwayatkan oleh Hafizh bin Mardawaih dari Ibnu Abbas ra, katanya
: “Saya membaca ayat di hadapan Nabi SAW yang artinya : “Hai manusia makanlah barang-barang halal lagi baik yang terdapat dimuka bumi”.
Tiba-tiba berdirilah Sa’ad Abi Waqqash, lalu katanya : “Ya Rasulullah! Tolong anda do’akan kepada Allah, agar saya dijadikan orang yang selalu dikabulkan do’anya”.
Ujar Nabi : “Hai Sa’ad! Jagalah soal makananmu, tentu engkau akan menjadi orang yang terkabul do’anya! Demi Tuhan yang nyawa Muhammad berada dalam genggamannya! Jika seorang laki-laki memasukkan sesuap makanan yang haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima do’anya selama empat puluh hari. Dan siapa juga hamba yang dagingnya tumbuh dari makanan haram atau riba, maka neraka lebih layak untuk melayaninya!”

Dan dalam musnad Imam Ahmad dari Muslim terdapat riwayat dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW. bersabda
: “Hai manusia! Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, dan tak hendak menerima kecuali yang baik. Dan Allah telah menitahkan kaum Mukminin melakukan apa-apa yang telah dititahkan-Nya kepada para Mursalin, firman-Nya :
”Hai para Rasul ! Makanlah olehmu makanan
yang baik, dan beramal solehlah! Sesungguh, terhadap apa juga yang kamu lakukan, Aku Maha Mengetahui !”
.(Q.S. Al-Mukminin : 51)
Dan firman-Nya lagi :
“Hai orang-orang yang beriman ! Makanlah mana-mana rezeki yang baik yang telah Kami berikan padamu !”. (Q.S. Al-Baqarah : 172)
Kemudian disebutnya perihal seorang laki-laki yang telah berkelana jauh, dengan rambutnya yang kusut masai dan pakaian penuh debu, sedang makanannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan dibesarkan dengan barang haram. Walaupun ia menadahkan tangannya kelangit sambil berdo’a :
“Yaa Tuhan, Yaa Tuhan….! Bagaimanakah Tuhan akan dapat mengabul kan do’anya itu !”
b. Menghadap kiblat:
Rasulullah SAW. pergi keluar buat shalat istisqa’ (shalat minta hujan), maka beliau berdo’a dan memohon kepada Allah supaya turun hujan sambil mengadap ke kiblat.



c. Memperhatikan saat-saat yang tepat dan utama
Seperti pada hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum’at, sepertiga terakhir di malam hari, waktu sahur, ketika sedang sujud, ketika turun hujan, antara adzan dan qomat, selesai habis sholat fardhu, saat mulai pertempuran, ketika dalam ketakutan atau sedang beriba hati, dan lain-lain.
1. Diterima dari Abu Umamah ra.
: “Seseorang bertanya : “Ya Rasulullah, do’a manakah yang lebih didengar Allah?”
Ujar Nabi : “Do’a ditengah-tengah akhir malam, dan selesai shalat – shalat fardhu”.
(Riwayat Turmudzi dengan sanad yang sah).
2. Dan diterima dari Abu Hurairah ra. bahwa Rasulullah SAW. bersabda :
“Jarak yang paling dekat diantara hamba dengan Tuhannya ialah ketika ia sedang sujud. Maka perbanyaklah do’a ketika itu, karena besar kemungkinan akan dikabulkan”. (Hadits Riwayat Muslim).
d. Mengangkat kedua tangan setentang kedua bahu:
Berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Ibnu Abbas ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Jika kamu meminta hendaklah dengan mengangkat kedua tangamu setentang kedua bahumu atau kira-kira sententangnya, dan jika istighfar ialah dengan menunjuk dengan sebuah jari, dan jika berdo’a dengan melepas jari-jemari tangan.”
Dan diriwayatkan dari Malik bin Yasar ra, bahwa Rasulullah SAW. bersabda :
“Jika kamu meminta kepada Allah, maka mintalah dengan bagian dalam telapak tanganmu, jangan dengan punggungnya” Sedang dari Salman ra, sabda Nabi SAW. : “Sesungguhnya Tuhanmu Yang Maha Berkah dan Maha Tinggi adalah Maha Hidup lagi Maha Murah, ia merasa malu terhadap hamba Nya jika ia menadahkan tangan kepada Nya, akan menolaknya dengan tangan hampa.”

e. Memulainya dengan memuji Allah, memuliakan dan menyanjung Nya, serta bershalawat kepada Nabi SAW.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Nasai, juga oleh Turmudzi yang menyatakan sahnya, dari Fudhalah bin ‘Ubeid ra, :
“Bahwa Rasulullah SAW. mendengar seorang laki-laki berdo’a selesai shalatnya, tanpa membesarkan Allah dan mengucapkan shalawat Nabi, maka sabdanya : “Orang ini terlalu tergesa-gesa”.
Kemudian dipanggilnya orang itu, dan ia (Rasulullah SAW) berkata kepadanya, juga kepada orang-orang lain: “Jika salah seorang diantaramu berdo’a, hendaklah dimulainya dengan membesarkan Tuhannya yang Maha Agung dan Maha Mulia itu serta menyanjung-Nya, lalu mengucapkan shalawat atas Nabi SAW., serta setelah itu barulah ia berdo’a meminta apa yang diingininya”.
f. Memusatkan perhatian, menyatakan kerendahan diri dan ketergantungan kepada Allah Yang Maha Mulia, serta menyederhanakan tinggi suara, antara bisik-bisik dan jahar
Firman Allah Ta’ala :
“Dan janganlah kamu keraskan suaramu waktu berdo’a, jangan pula berbisik-bisik dengan suara halus, tetapi tempuhlah jalan tengah antara kedua itu “. (Q.S. Al-Isra’: 110)
Dan Firman-Nya pula,
”Bermohonlah kepada Tuhanmu dengan merendahkan diri dan tidak mengeraskan suara ! Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melewati batas“.(Q.S.Al-A’raf : 55)
Berkata Ibnu Jureir :
“Tadharru’ maksudnya ialah merendahkan diri dan pasrah menta’ati-Nya. Sedang “khufyah” ialah dengan hati yang khusyu’ dan keyakinan yang teguh mengenai ke-Esaan dan ke-Tuhanan-Nya dalam hubungan antaramu dengan Nya, jadi bukan dengan suara keras karena riya’.

Selanjutnya dijelaskan dalam sebuah hadits yang diterima dari Abu Musa Asy’ari bahwa ketika Nabi SAW. mendengar orang-orang mendo’a dengan suara keras, beliaupun bersabda :
“ Hai manusia! Berdo’alah dengan suara perlahan, karena kamu tidaklah menyeru orang yang tuli ataupun berada di tempat yang kamu seru itu ialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat, dan tempat kamu bermohon itu lebih dekat lagi kepada salah seorangmu dari leher kendaraanya ! Hai Abdullah bin Qeis ! Maukah kamu kutunjuki sebuah kalimat yang merupakan salah satu perbendaharaan surga ? yaitu : “Laa haula walaa quwwata illaabillaah”.
Dan diriwayatkan pula oleh Ahmad dari Abdullah bin Umar ra, bahwa Rasulullah SAW. bersabda :
“Hati itu merupakan gudang-gudang simpanan. Dan sebagiannya lebih tahan lagi simpanannya (ingatannya) dari yang lain. Maka jika kamu hai manusia memohon kepada Allah, maka mohonlah dengan hati yang penuh keyakinan akan dikabulkan-Nya. Karena Allah tidak akan mengabulkan do’a dari seorang hamba yang hatinya kosong dari ingatan dan perhatian.”
g. Hendaklah do’a itu tidak mengandung dosa atau memutuskan tali silaturahim
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Sa’id Khudri ra, bahwa Nabi SAW. bersabda
: “Tidak seorang Muslimpun yang berdo’a kepada Allah ‘azza wa jalla, sedang do’anya itu tikak mengandung dosa atau bermaksud hendak memutuskan silaturrahim, kecuali akan diberi Allah salah satu diantara tiga perkara : Pertama, akan dikabulkan Nya do’a itu dengan segera. Kedua, adakalanya ditangguhkan Nya untuk menjadi simpanannya di akhirat kelak. Dan Ketiga, mungkin dengan menghindarkan orang itu dari bahaya yang sebanding dengan apa yang dimintanya”. Tanya mereka : “Bagaimana kalau kami banyak berdo’a?” Ujar Nabi : “Allah akan lebih memperbanyak lagi”.


h. Tidak menganggap lambat akan dikabulkan Tuhan
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Malik dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi SAW. bersabda :
“Tentu do’a seseorang akan dikabulkan Allah, selama orang itu tidak gegabah mengatakan : “Saya telah berdo’a, tetapi do’a itu tidak juga dikabulkan Tuhan”.
i. Berdo’a dengan keinginan yang pasti agar dikabulkan
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah SAW. bersabda :
“Janganlah salah seorang diantaramu mengatakan : “Ya Allah ampunilah daku jika Engkau mengingininya, ya Allah, beri rahmatlah daku jika Engkau mengingininya” dengan tujuan untuk memperkuat permohonannya itu, karena Allah Ta’ala, tak seorangpun yang dapat memaksa Nya”.
j. Memilih kalimat-kalimat yang mencakup makna yang luas.
Umpamanya Rabbana atina fid dunya hasanah, wafil akhirati hasanah, waqina adzaba nar”,
 (Ya Tuhan kami, berilah kami di dunia kebaikan, dan juga diakhirat nanti, dan lindungilah kiranya kami dari siksa neraka). Nabi SAW. memandang utama berdo’a dengan kalimat-kalimat yang mengandung arti yang luas, dan tidak hendak menggunakan yang lain daripada itu.
Dalam Sunan Ibnu Majah terdapat :
“Bahwa seorang laki-laki datang menemui Nabi SAW, lalu tanyanya : “Ya Rasulullah, manakah do’a yang lebih utama?”. Ujar Nabi : “Mohonlah kepada Tuhanmu kema’afan dan keselamatan baik di dunia maupun diakhirat.”.
Kemudian orang itu kembali datang kepada Nabi, pada hari kedua dan ketiga, juga buat menanyakan soal ini, yang oleh Nabi tetap diberikan jawaban seperti pada hari pertama. Lalu sabda Nabi pula : “Seandainya kamu diberi kema’afan dan keselamatan di dunia dan akhirat, maka sungguh, kamu telah beruntung”.

Juga dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah SAW. bersabda :
“Tak ada sebuah do’a pun yang diucapkan oleh hamba, yang lebih utama dari :” Allahuma inni as’alukal mu’afata fid dun-ya wal akhirah”. (Ya Allah, saya memohon pada Mu keselamatan, baik didunia akhirat!).
k. Menghindari yang tak baik terhadap diri, keluarga dan harta benda sendiri.
Diterima dari Jabir ra, bahwa Rasulullah SAW. bersabda :
“Jangalah kamu berdo’a buruk terhadap dirimu, begitupun terhadap anak-anakmu, terhadap pelayan-pelayan dan harta bendamu! jangan sampai nanti do’amu itu bertepatan dengan suatu saat dimana Allah bisa memenuhi permohonan, hingga do’a burukmu itu akan benar-benar terkabul !”.
l. Mengulangi do’a sampai tiga kali.
Diterima dari Abdullah bin Mas’ud ra, :
bahwa Rasulullah SAW senang sekali berdo’a dan istighfar tiga kali”.(H.R. Abu Daud)
m. Agar mulai dengan diri pribadi, bila berdo’a buat orang lain.
Firman Allah Ta’ala :
“ Ya Tuhan kami ! berilah keampunan bagi kami, dan bagi saudara-saudara kami yang telah lebih dulu beriman daripada kami”.(Q.S. Al-Hasyr : 10).
Dan diterima dari Ubai bin Ka’ab ra, katanya :
“Bila Rasulullah SAW. teringat akan seseorang lalu mendo’akannya maka lebih dulu dimulainya dengan dirinya sendiri “. (H.R. Turmudzi dengan sanad yang sah)


n. Menyapu muka dengan kedua belah telapak tangan setelah selesai berdo’a, setelah memuji dan mengagung kan Allah, dan setelah mengucapkan shalawat Nabi.
Mengenai menyapu muka dengan kedua belah tangan ini, ada riwayat yang diterima dari berbagai jalan, tetapi semuanya lemah. Hanya Hafizh mengisyaratkan bahwa keseluruhannya itu dapat meningkatkan hadits tersebut ke derajat hadits hasan.

4. Waktu – Waktu Mustajab untuk berdo’a
Berkata Ibnu ‘Atha’ : “Do’a itu mempunyai beberapa rukun (sendi) yang menyebabkan teguh dan kuat berdirinya, mempunyai beberapa sayap yang menyebabkan ia naik ke langit tinggi, mempunyai beberapa sebab yang menyebabkan diterimanya. Maka jika do’a-do’a itu dilekatkan di atas rukun-rukun (sendi-sendinya), niscaya kokoh dan teguhlah berdirinya. Jika ia mempunyai sayap, maka terbanglah ia ke langit menuju tujuannya dan jika ada sebabnya, maka diterimalah dia.”
Menurut Ibnu ‘Atha’, rukun-rukun do’a itu, ialah : kehadiran hati bila berdo’a, serta utnduk menghinakan diri kepada Allah.
Sayap-sayapnya, ialah : berdo’a dengan sepenuh kemauan dan keikhlasan yang timbul dari lubuk jiwa dan bertepatan dengan waktunya. Sebab ia diterima, ialah : bershalawat kepada Nabi sebelum berdo’a.
Waktu dan tempat secara khusus yang dianjurkan untuk berdo’a, ialah :
a. Ketika turun hujan.
b. Ketika akan memulai sholat dan sesudahnya.
c. Ketika menghadapi barisan musuh dalam medan peperangan.
d. Di tengah malam.
e. Diantara adzan dan iqamat
f. Ketika i’tidal yang akhir dalam sholat
g. Ketika sujud dalam shoalat
h. Ketika khatam (tammat) membaca Al-Qur’an 30 juz

i. Sepanjang malam, utama sekali sepertiga yang akhir dan waktu sahur.
j. Sepanjang hari Jum’at, karena mengharap bersua dengan saat ijabah (saat diperkenankan do’a) yang terletak antara terbit fajar hingga terbenam matahari pada hari jum’at itu.
k. Antara Zhuhur dengan Ashar dan antara Ashar dengan Maghrib.
Bersabda Rasulullah SAW. :
a
. “Tuhan kita turun ke langit dunia, ketika malam telah tinggal sepertiga yang akhir. Maka berkatalah Tuhan : Siapa-siapa mendo’a kepada Ku, maka Aku perkenankan do’anya. Siapa yang minta ampun kepada Ku, maka Aku ampuni dia” .(H.R. Bukhari dan Muslim)
b
. “Pada waktu malam, sesungguhnya ada suatu saat, dimana jika seseorang Muslim memohon kepada Allah sesuatu kebajikan dunia dan akhirat ketika itu, niscaya Allah mengabulkannya.” (H.R. Muslim)
c
. “Berdo’alah di saat do’a itu diperkenankan Tuhan, Yaitu : disaat berjumpa pasukan-pasukan tentara (bertempur), ketika hendak mendirikan sembahyang dan ketika turun hujan”.(H.R. Asy-Syafi’ie)
d
. “Tiada ditolak sesuatu do’a yang dimohonkan antara adzan dan iqamat”.(H.R.Turmudzi)





 BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
            Dari penjelasan di atas bisa di tarik kesimpulan bahwa, doa ialah suatu bentuk ibadah dengan melahirkan kerendahan hati di hadapan Allah Yang Maha Tinggi dan Mulia serta memohon bantuan dan pertolongan-Nya.
Adab dan tata tertib berdo’a yaitu:
a.       Mencari yang halal ( memakan dan menggunakan barang yang halal dan menjauhi yang haram
b.      Menghadap kiblat
c.        Memperhatikan saat-saat yang tepat dan utama
d.      Mengangkat kedua tangan setentang kedua bahu
e.       Memulainya dengan memuji Allah, memuliakan dan menyanjung Nya, serta bershalawat kepada Nabi SAW
f.        Memusatkan perhatian, menyatakan kerendahan diri dan ketergantungan kepada Allah Yang Maha Mulia, serta menyederhanakan tinggi suara, antara bisik-bisik dan jahar
g.       Hendaklah do’a itu tidak mengandung dosa atau memutuskan tali silaturahim
h.      Tidak menganggap lambat akan dikabulkan Tuhan
i.        Berdo’a dengan keinginan yang pasti agar dikabulkan
j.        Memilih kalimat-kalimat yang mencakup makna yang luas.
k.      Menghindari yang tak baik terhadap diri, keluarga dan harta benda sendiri

DAFTAR PUSTAKA
http://my.opera.com/thariqatulhaqq2010/blog/b-d-o-a-1-pengertian-doa-2-perintah-perintah-do-a-dalam-al-qur-an
Abdullah Arief Cholil,dkk,2011,Studi Islam II,SA-PRESS,Semarang

1 comment:

  1. hadits teks arabic nya manna,,,,, namun begitu terima kasih, banyak ilmu yg akan dicopy pasta ,,, mohon izin...salam ari medan

    ReplyDelete