Salam yang Benar

Salam yang Benar
Semoga Bermanfaat

Saturday, February 13, 2016

Perkembangan Dewasa Madya

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara 40 – 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya akan ditandai oleh perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Walaupun dewsa ini banyak yang mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih lambat dari pada masa lalu, namun garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya kecenderungan untuk pensiun pada usia 60an sengaja atau tidak sengaja usia 60an dianggap sebagai garis batas antara usia lanjut dengan usia madya.
Seperti halnya periode lain dalam rentang kehidupan yang berbeda menurut tahap dimana perubahan fisik yang membedakan usia madya dini pada satu batas, dan usia lanjut di batas lainnya. Menurut pepatah kuno, seperti halnya buah apel, matangnya pun tidak pada waktu yang sama ada yang bulan juli, ada yang bulan agustus, dan ada pula yang bulan oktober. Demikian halnya dengan manusia.
Usia madya pada kebudayaan Amerika saat ini, merupakan masa yang paling sulit dalam rentang kehidupan mereka. Bagaimanapun baiknya individu-individu tersebut untuk menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan pada tahap awal kehidupan, khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap peran dan harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik yang diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemungkinan untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial usia madya.











B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja karakter usia madya?
2.      Ciri-ciri masa dewasa madya?
3.      Bagaimana perkembangan fisik,kognitif, emosi,dan sosial pada masa dewasa madya?
4.      Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa madya?

C.    TUJUAN
1.      Untuk mengetahui apa saja yang menjadi karakteristik usia madya
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri pada usia madya
3.      Untuk mengetahui bagaimana perkembangan fisik,emosi,dan sosial pada masa dewasa madya
4.      Untuk mengetahui apa saja yang menjadi tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa madya




















BAB II
PEMBAHASAN
A.                 Batasan dewasa Madya

Dengan tidak bermaksud membatasi rentang usia secara kaku, dapat dikatakan bahwa secara teoritis-psikologis dan fisiologis rentang usia antara 40 - 60 tahun merupakan masa tengah baya bagi banyak orang. (Mappiare 1983 : 173)
Pada masa ini,ada aspek-aspek tertentu yang berkembang secara normal,aspek-aspek lainnya berjalan lambat atau berhenti. Bahkan ada aspek-aspek yang mulai menunjukkan terjadinya kemunduran-kemunduran. Aspek-aspek jasmaniah lamban,berhenti dan secara berangsur menurun. Aspek-aspek psikis ( intelektual – social – emosional – nilai ) masih terus berkembang,walaupun tidak dalam bentuk penambahan atau peningkatan kemampuan tetapi berupa perluasan dan pematangan kualitas. Pada akhir dewasa madya  (sekitar usia 40 tahun ) kekuatan aspek-aspek psikis inipun secara berangsur ada yang mulai menurun,dan penurunannya cukup drastic pada akhir usia dewasa.

B.                 Karakteristik usia madya

Setengah baya/madya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa remaja. Khusus usia setengah baya, sama dengan posisi masa remaja. Perubahan-perubahan hal fisik dan psikis juga terdapat kesamaan antara dua masa kehidupan itu.
Kalau posisi remaja merupakan masa peralihan, tak lagi dapat dikatakan kanak-kanak dan belum lagi disebut dewasa, maka posisi usia setengah baya juga dalam peralihan, tidak muda dan bukan tua. Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang cepat bagi hal-hal fisik yang membawa akibat-akibat terhadap perilaku dan perasaan-perasaannya. Usia setengah baya, demikian pula. Bedanya, kalau pada masa remaja perubahan itu bersifat pertumbuhan, maka pada masa setengah baya bersifat pemunduran. Tetapi yang lebih penting, perilaku dan perasaan yang menyertainya adalah sama yaitu “swalah tingkah”, canggung dan kadang-kadang bingung .





C.                 Ciri-ciri masa dewasa madya :
  1. Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia tua, periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita banyak mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah : banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu : kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai dengan berhentinya reproduksi.
  1. Usia madya merupakan masa transisi
Usia ini merupakan masa transisi seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masanya dan memasuki periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
  1. Usia madya adalah masa stress
Bahwa usia ini merupakan masa stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek sosial kehidupan mereka.
  1. Usia madya adalah usia yang berbahaya
Cara biasa menginterpretasi “usia berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di kalangan pria.
  1. Usia madya adalah usia canggung
Sama seperti pada remaja, bukan anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya. Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.




  1. Usia madya adalah masa berprestasi
Menurut Errikson, usia madya merupakan masa kritis diamana baik generativitas / kecenderungan untuk menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan. Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi. Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag (atau menetap) pada hidupnya.
  1. Usia madya adalah masa evaluasi
Pada usia ini umumnya manusia mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa ini juga merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan keluarga-keluarga dekat.
  1. Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
Bahwa pada masa ini dievaluasi dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita. Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita menyatakan sikap pada usia tua.
  1. Usia madya merupakan masa sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
  1. Usia madya merupakan masa jenuh
Banyak pria atau wanita yang memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.
D.                Perkembangan fisik :

Pada masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi seperti sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai "aus". Melihat dan mendengar merupakan dua perubahan yang paling menyusahkan paling banyak tampak dalam dewasa tengah. Daya akomodasi mata untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina akan mengalami penurunan tajam antara usia 40 dan 9 tahun. Karena pada usia tersebut aliran darah pada mata juga berkurang. Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini yaitu mulai memasuki usia 40. Meskipun kemampuan untuk mendengar suara-suara bernada rendah tidak begitu kelihatan. Laki-laki biasanya kehilangan sensitifitasnya terhadap suara bernada tinggi lebih dahulu daripada perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh lebih besarnya pengalaman laki-laki terhadap suaru gaduh dalam pekerjaan.

E.                 Perkembangan kognitif :
Pada tahap Formal Operasional
  • Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal yang berikutnya sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola pemikiran ini.
  • Orang dewasa mampu memasuki dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu dunia idealitas paling tinggi.
  • Orang dewasa dalam menyelesaikan suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut.
  • Orang dewasa mampu menyadari keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif) maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya.
  • Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat-pendapat tertentu yang sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara proporsi yang berbeda-beda tadi.
F.                  Perkembangan emosi :
Menurut Erikson, pada masa ini individu dihadapkan atas dua hal generativity vs stagnasi Mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang mereka harap guna membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna melalui generativitas / bangkit. Sebaliknya, stagnasi / mandeg => ketika individu tidak melakukan apa-apa untuk generasi berikutnya. Memberikan asuhan, bimbingan pada anak-anak, individu generatif adalah seseorang yang mempelajari keahlian, mengembangkan warisan diri yang positif dan membimbing orang yang lebih muda.
Tugas kita dalam fase ini adalah mengembangkan keseimbangan antara generativity dan stagnasi. Generativity adalah rasa peduli yang sudah lebih dewasa dan luas daripada intimacy karena rasa kasih ini telah men"generalize" ke kelompok lain, terutama generasi selanjutnya. Bila dengan intimacy kita terlibat dalam hubungan di mana kita mengharapkan suatu timbal balik dari partner kita, maka dengan generativity kita tidak mengharapkan balasan. Misalnya saja, sebagian sangat besar dari para orang tua tidak keberatan untuk menderita atau meninggal demi keturunannya, walau perkecualian pasti ada. Begitu pula dengan orang-orang yang melakukan pekerjaan sukarela di Salvation Army, Word Vision, Palang Merah, Green Peace dan NGO (Non-Governmental Organization) bisa dikatakan termasuk mereka yang memiliki Generativity ini.
Banyak psikolog melakukan riset mengapa orang melakukan karya altruistik (berderma atau menolong sesama) yang seringkali tidak menghasilkan apapun bagi mereka kecuali kerugian materi, waktu dan tenaga. Sampai kini para psikolog ini belum menemukan jawaban yang pasti dan diterima semua orang. Kalau Erikson benar, maka kita melakukan hal yang altruistik bukan karena kita menginginkan balasan tapi karena pertumbuhan psikologis kita menimbulkan kasih pada sesama. Kita mungkin melakukan hal-hal yang altruistik karena kita mengharapkan dunia yang lebih baik di masa depan yang akan menjadi masa depan anak-anak kita
Stagnasi adalah lawan dari generativity yakni terbatasnya kepedulian kita pada diri kita, tidak ada rasa peduli pada orang lain. Orang- orang yang mengalami stagnasi tidak lagi produktif untuk masyarakat karena mereka tidak bisa melihat hal lain selain apakah hal itu menguntungkan diri mereka seketika. Kita tahu banyak contoh orang yang setelah berusia setengah baya mulai menanyakan ke mana impian mereka yang lalu, apa yang telah mereka lakukan dan apakah hidup mereka ada artinya.
Beberapa orang yang merasa gagal dan tidak lagi punya harapan untuk mencapai impian mereka, pada saat-saat ini berusaha untuk merengkuh masa-masa yang bagi mereka terlewat sia-sia.
Kita tentu pernah mendengar mereka yang meninggalkan istri dan anak-anaknya yang kebingungan dan kekurangan, mencari istri baru dan keluarga baru untuk membangun hidup baru. Inilah mereka yang tidak berhasil melihat peranan mereka dengan lebih luas, melainkan hanya melihat apakah hidup ini bermanfaat bagi mereka pribadi. Apakah yang diperoleh mereka yang berhasil menjalani fase ini dengan sukses? Kapasitas yang luas untuk peduli. Apabila kapasitas untuk peduli dengan partner di panggil Love oleh Erikson, maka untuk hubungan yang lebih luas disebutnya Caring. Salah seorang psikolog yang mengkhususkan diri dalam konsultasi dalam bidang spiritual segera pergi ke Afrika setelah membaca tentang Aids, dan mengorbankan penghasilannya yang luar biasa. Dia adalah contoh langsung bagi saya tentang orang-orang dengan kapasitas Caring ini.
Begitu pula para sukarelawan yang setelah membaca tentang Alzeimer atau Ambon segera mencari tahu apa yang mereka dapat lakukan, bukan karena ada keluarga yang terkena tetapi karena ada orang yg menderita. Kabar baiknya adalah bahwa makin banyak anak-anak muda yang melakukan hal ini, dan kebanyakan dari negara yang sudah maju.

G.                Perkembangan social Masa Dewasa madya ( Middle Adulthood).
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai umur enam puluh tahun.
Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:
  1. Masa dewasa madya merupakan periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia.
  2. Masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
  3. Masa dewasa madya adalah masa berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
  4. Pada masa dewasa madya ini perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
H.                TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga akan mengalami kesulitan
Masa Usia Madya/Masa Dewasa Madya
  • Menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologis
  • Menghubungkan diri sendiri dengan pasangan hidup sebagai individu
  • Membantu anak-anak remaja belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
  • Mencapai dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
  • Mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu senggang yang dewasa
  • Mencapai tanggung jawab sosial dan warga Negara secara penuh.





















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pada masa ini,ada aspek-aspek tertentu yang berkembang secara normal,aspek-aspek lainnya berjalan lambat atau berhenti. Bahkan ada aspek-aspek yang mulai menunjukkan terjadinya kemunduran-kemunduran. Aspek-aspek jasmaniah lamban,berhenti dan secara berangsur menurun. Aspek-aspek psikis ( intelektual – social – emosional – nilai ) masih terus berkembang,walaupun tidak dalam bentuk penambahan atau peningkatan kemampuan tetapi berupa perluasan dan pematangan kualitas.
Masa remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang cepat bagi hal-hal fisik yang membawa akibat-akibat terhadap perilaku dan perasaan-perasaannya. Usia setengah baya, demikian pula. Bedanya, kalau pada masa remaja perubahan itu bersifat pertumbuhan, maka pada masa setengah baya bersifat pemunduran.

Ciri-ciri masa dewasa madya :
  1. Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti
  2. Usia madya merupakan masa transisi
  3. Usia madya adalah masa stress
  4. Usia madya adalah usia yang berbahaya
  5. Usia madya adalah usia canggung
  6. Usia madya adalah masa berprestasi
  7. Usia madya adalah masa evaluasi
  8. Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
  9. Usia madya merupakan masa sepi
  10. Usia madya merupakan masa jenuh

 Daya akomodasi mata untuk memfokuskan dan mempertahankan gambar pada retina akan mengalami penurunan tajam antara usia 40 dan 9 tahun. Karena pada usia tersebut aliran darah pada mata juga berkurang. Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini yaitu mulai memasuki usia 40.

 Pada tahap Formal Operasional
Pada tahap ini perkembangan intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda).
DAFTAR PUSTAKA

Hurlock, E.B. 2002. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta : Erlangga.
Mappiare, A. 1983. Psikologi Orang Dewasa, Surabaya : Usaha Nasional.
Mujib, A. 2002. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Pt Raja Grafindo.
Santrock, J. W. 2002. Life Span Development, Jakarta : Erlangga.
www.scribd.com/doc/6137587/PERKEMBANGAN-DEWASA-MIDLIFE - 110k - diakses pada sabtu 21 Maret 2009.

http://allabout-psikologi.blogspot.com/2009/11/dewasa-madya.html

No comments:

Post a Comment