BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada
umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa usia antara
40 – 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya akan ditandai oleh perubahan jasmani
dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik,
sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat. Walaupun dewsa ini banyak yang
mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih lambat dari pada masa lalu, namun
garis batas tradisionalnya masih nampak. Meningkatnya kecenderungan untuk
pensiun pada usia 60an sengaja atau tidak sengaja usia 60an dianggap sebagai
garis batas antara usia lanjut dengan usia madya.
Seperti
halnya periode lain dalam rentang kehidupan yang berbeda menurut tahap dimana
perubahan fisik yang membedakan usia madya dini pada satu batas, dan usia
lanjut di batas lainnya. Menurut pepatah kuno, seperti halnya buah apel,
matangnya pun tidak pada waktu yang sama ada yang bulan juli, ada yang bulan
agustus, dan ada pula yang bulan oktober. Demikian halnya dengan manusia.
Usia
madya pada kebudayaan Amerika saat ini, merupakan masa yang paling sulit dalam
rentang kehidupan mereka. Bagaimanapun baiknya individu-individu tersebut untuk
menyesuaikan diri hasilnya akan tergantung pada dasar-dasar yang ditanamkan
pada tahap awal kehidupan, khususnya harapan tentang penyesuaian diri terhadap
peran dan harapan sosial dari masyarakat dewasa. Kesehatan mental yang baik
yang diperlukan pada masa-masa dewasa, memberikan berbagai kemungkinan untuk
menyesuaikan diri terhadap berbagai peran baru dan harapan sosial usia madya.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa saja karakter usia madya?
2.
Ciri-ciri masa dewasa madya?
3.
Bagaimana perkembangan fisik,kognitif, emosi,dan sosial pada masa dewasa madya?
4.
Tugas-tugas perkembangan pada masa
dewasa madya?
C. TUJUAN
1.
Untuk mengetahui apa saja yang
menjadi karakteristik usia madya
2.
Untuk mengetahui ciri-ciri pada
usia madya
3.
Untuk mengetahui bagaimana
perkembangan fisik,emosi,dan sosial pada masa dewasa madya
4. Untuk
mengetahui apa saja yang menjadi tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa
madya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Batasan dewasa Madya
Dengan
tidak bermaksud membatasi rentang usia secara kaku, dapat dikatakan bahwa
secara teoritis-psikologis dan fisiologis rentang usia antara 40 - 60 tahun
merupakan masa tengah baya bagi banyak orang. (Mappiare 1983 : 173)
Pada
masa ini,ada aspek-aspek tertentu yang berkembang secara normal,aspek-aspek
lainnya berjalan lambat atau berhenti. Bahkan ada aspek-aspek yang mulai
menunjukkan terjadinya kemunduran-kemunduran. Aspek-aspek jasmaniah
lamban,berhenti dan secara berangsur menurun. Aspek-aspek psikis ( intelektual
– social – emosional – nilai ) masih terus berkembang,walaupun tidak dalam
bentuk penambahan atau peningkatan kemampuan tetapi berupa perluasan dan pematangan
kualitas. Pada akhir dewasa madya
(sekitar usia 40 tahun ) kekuatan aspek-aspek psikis inipun secara
berangsur ada yang mulai menurun,dan penurunannya cukup drastic pada akhir usia
dewasa.
B.
Karakteristik usia madya
Setengah
baya/madya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa remaja. Khusus usia setengah
baya, sama dengan posisi masa remaja. Perubahan-perubahan hal fisik dan psikis
juga terdapat kesamaan antara dua masa kehidupan itu.
Kalau
posisi remaja merupakan masa peralihan, tak lagi dapat dikatakan kanak-kanak
dan belum lagi disebut dewasa, maka posisi usia setengah baya juga dalam
peralihan, tidak muda dan bukan tua. Masa remaja merupakan masa terjadinya
perubahan yang cepat bagi hal-hal fisik yang membawa akibat-akibat terhadap
perilaku dan perasaan-perasaannya. Usia setengah baya, demikian pula. Bedanya,
kalau pada masa remaja perubahan itu bersifat pertumbuhan, maka pada masa
setengah baya bersifat pemunduran. Tetapi yang lebih penting, perilaku dan
perasaan yang menyertainya adalah sama yaitu “swalah tingkah”, canggung dan
kadang-kadang bingung .
C.
Ciri-ciri masa dewasa madya :
- Usia madya merupakan periode
yang sangat ditakuti
Diakui bahwa semakin mendekati usia
tua, periode usia madya semakin lebih terasa menakutkan. Pria dan wanita banyak
mempunyai alasan untuk takut memasuki usia madya. Diantaranya adalah :
banyaknya stereotip yang tidak menyenangkan tentang usia madya. Yaitu :
kepercayaan tradisional tentang kerusakan mental dan fisik yang diduga disertai
dengan berhentinya reproduksi.
- Usia madya merupakan masa
transisi
Usia ini merupakan masa transisi
seperti halnya masa puber, yang merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak
ke masa remaja. Dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan
perilaku masanya dan memasuki periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh
ciri-ciri jasmani dan perilaku baru.
- Usia madya adalah masa stress
Bahwa usia ini merupakan masa
stress. Penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah,
khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung
merusak nomeostatis fisik dan psikologis dan membawa ke masa stress, suatu masa
bila sejumlah penyesuaian yang pokok harus dilakukan di rumah, bisnis dan aspek
sosial kehidupan mereka.
- Usia madya adalah usia yang berbahaya
Cara biasa menginterpretasi “usia
berbahaya” ini berasal dari kalangan pria yang ingin melakukan pelampiasan
untuk kekerasan yang berakhir sebelum memasuki masa usia lanjut. Usia madya
dapat menjadi dan merupakan berbahaya dalam beberapa hal lain juga. Saat ini
merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusahan fisik sebagai akibat
dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurangnya
memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat di
kalangan pria dan wanita dan gangguan ini berpuncak pada suicide. Khususnya di
kalangan pria.
- Usia madya adalah usia canggung
Sama seperti pada remaja, bukan
anak-anak bukan juga dewasa. Demikian juga pada pria dan wanita berusia madya.
Mereka bukan muda lagi, tetapi juga bukan tua.
- Usia madya adalah masa
berprestasi
Menurut Errikson, usia madya
merupakan masa kritis diamana baik generativitas / kecenderungan untuk
menghasilkan dan stagnasi atau kecenderungan untuk tetap berhenti akan dominan.
Menurut Errikson pada masa usia madya orang akan menjadi lebih sukses atau
sebaliknya mereka berhenti (tetap) tidak mengerjakan sesuatu apapun lagi.
Menurutnya apabila orang pada masa usia madya memiliki keinginan yang kuat maka
ia akan berhasi, sebaliknya dia memiliki keinginan yang lemah, dia akan stag
(atau menetap) pada hidupnya.
- Usia madya adalah masa evaluasi
Pada usia ini umumnya manusia
mencapai puncak prestasinya, maka sangatlah logis jika pada masa ini juga
merupakan saat yang pas untuk mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan
aspirasi mereka semula dan harapan-harapan orang lain, khususnya teman dan
keluarga-keluarga dekat.
- Usia madya dievaluasi dengan
standar ganda
Bahwa pada masa ini dievaluasi
dengan standar ganda, satu standar bagi pria dan satu standar bagi wanita.
Walaupun perkembangannya cenderung mengarah ke persamaan peran antara pria dan
wanita baik di rumah, perusahaan perindustrian, profesi maupun dalam kehidupan
sosial namun masih terdapat standar ganda terhadap usia. Meskipun standar ganda
ini mempengaruhi banyak aspek terhadap kehidupan pria dan wanita usia madya
tetapi ada dua aspek yang perlu diperhatikan : pertama aspek yang berkaitan
dengan perubahan jasmani dan yang kedua bagaimana cara pria dan wanita
menyatakan sikap pada usia tua.
- Usia madya merupakan masa sepi
Dimana masa ketika anak-anak tidak
lagi tinggal bersama orang tua. Contohnya anak yang mulai beranjak dewasa yang
telah bekerja dan tinggal di luar kota sehingga orang tua yang terbiasa dengan
kehadiran mereka di rumah akan merasa kesepian dengan kepergian mereka.
- Usia madya merupakan masa jenuh
Banyak pria atau wanita yang
memasuki masa ini mengalami kejenuhan yakni pada sekitar usia 40 akhir. Pra
pria merasa jenuh dengan kegiatan rutinitas sehari-hari dan kehidupan keluarga
yang hanya sedikit memberi hiburan. Wanita yang menghabiskan waktunya untuk
memelihara rumah dan membesarkan anak-anak mereka. Sehingga ada yang merasa
kehidupannya tidak ada variasi dan monoton yang membuat mereka merasa jenuh.
D.
Perkembangan fisik :
Pada
masa dewasa madya terjadi perubahan fungsi fisik yang tak mampu berfungsi
seperti sedia kala, dan beberapa organ tubuh tertentu mulai "aus".
Melihat dan mendengar merupakan dua perubahan yang paling menyusahkan paling
banyak tampak dalam dewasa tengah. Daya akomodasi mata untuk memfokuskan dan
mempertahankan gambar pada retina akan mengalami penurunan tajam antara usia 40
dan 9 tahun. Karena pada usia tersebut aliran darah pada mata juga berkurang.
Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini yaitu mulai memasuki usia
40. Meskipun kemampuan untuk mendengar suara-suara bernada rendah tidak begitu
kelihatan. Laki-laki biasanya kehilangan sensitifitasnya terhadap suara bernada
tinggi lebih dahulu daripada perempuan. Hal ini mungkin disebabkan oleh lebih
besarnya pengalaman laki-laki terhadap suaru gaduh dalam pekerjaan.
E.
Perkembangan kognitif :
Pada tahap Formal Operasional
- Pada tahap ini perkembangan
intelektual dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan
perkembangan tahap sebelumnya (tahap pemuda). Semua hal yang berikutnya
sebenarnya merupakan perluasan, penerapan, dan penghalusan dari pola
pemikiran ini.
- Orang dewasa mampu memasuki
dunia logis yang berlaku secara mutlak dan universal yaitu dunia idealitas
paling tinggi.
- Orang dewasa dalam menyelesaikan
suatu masalah langsung memasuki masalahnya. Ia mampu mencoba beberapa
penyelesaian secara konkrit dan dapat melihat akibat langsung dari
usaha-usahanya guna menyelesaikan masalah tersebut.
- Orang dewasa mampu menyadari
keterbatasan baik yang ada pada dirinya (baik fisik maupun kognitif)
maupun yang berhubungan dengan realitas di lingkungan hidupnya.
- Orang dewasa dalam menyelesaikan masalahnya juga
memikirkannya terlebih dahulu secara teoritis. Ia menganalisis masalahnya
dengan penyelesaian berbagai hipotesis yang mungkin ada. Atas dasar
analisanya ini, orang dewasa lalu membuat suatu strategi penyelesaian
secara verbal. Yang kemudian mengajukan pendapat-pendapat tertentu yang
sering disebut sebagai proporsi, kemudian mencari sintesa dan relasi antara
proporsi yang berbeda-beda tadi.
F.
Perkembangan emosi :
Menurut
Erikson, pada masa ini individu dihadapkan atas dua hal generativity vs
stagnasi Mencakup rencana-rencana orang dewasa atas apa yang mereka harap guna
membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna
melalui generativitas / bangkit. Sebaliknya, stagnasi / mandeg => ketika
individu tidak melakukan apa-apa untuk generasi berikutnya. Memberikan asuhan,
bimbingan pada anak-anak, individu generatif adalah seseorang yang mempelajari
keahlian, mengembangkan warisan diri yang positif dan membimbing orang yang
lebih muda.
Tugas
kita dalam fase ini adalah mengembangkan keseimbangan antara generativity dan
stagnasi. Generativity adalah rasa peduli yang sudah lebih dewasa dan luas
daripada intimacy karena rasa kasih ini telah men"generalize" ke
kelompok lain, terutama generasi selanjutnya. Bila dengan intimacy kita
terlibat dalam hubungan di mana kita mengharapkan suatu timbal balik dari
partner kita, maka dengan generativity kita tidak mengharapkan balasan.
Misalnya saja, sebagian sangat besar dari para orang tua tidak keberatan untuk
menderita atau meninggal demi keturunannya, walau perkecualian pasti ada.
Begitu pula dengan orang-orang yang melakukan pekerjaan sukarela di Salvation
Army, Word Vision, Palang Merah, Green Peace dan NGO (Non-Governmental
Organization) bisa dikatakan termasuk mereka yang memiliki Generativity ini.
Banyak
psikolog melakukan riset mengapa orang melakukan karya altruistik (berderma
atau menolong sesama) yang seringkali tidak menghasilkan apapun bagi mereka
kecuali kerugian materi, waktu dan tenaga. Sampai kini para psikolog ini belum
menemukan jawaban yang pasti dan diterima semua orang. Kalau Erikson benar,
maka kita melakukan hal yang altruistik bukan karena kita menginginkan balasan
tapi karena pertumbuhan psikologis kita menimbulkan kasih pada sesama. Kita
mungkin melakukan hal-hal yang altruistik karena kita mengharapkan dunia yang
lebih baik di masa depan yang akan menjadi masa depan anak-anak kita
Stagnasi
adalah lawan dari generativity yakni terbatasnya kepedulian kita pada diri
kita, tidak ada rasa peduli pada orang lain. Orang- orang yang mengalami
stagnasi tidak lagi produktif untuk masyarakat karena mereka tidak bisa melihat
hal lain selain apakah hal itu menguntungkan diri mereka seketika. Kita tahu
banyak contoh orang yang setelah berusia setengah baya mulai menanyakan ke mana
impian mereka yang lalu, apa yang telah mereka lakukan dan apakah hidup mereka
ada artinya.
Beberapa
orang yang merasa gagal dan tidak lagi punya harapan untuk mencapai impian
mereka, pada saat-saat ini berusaha untuk merengkuh masa-masa yang bagi mereka
terlewat sia-sia.
Kita
tentu pernah mendengar mereka yang meninggalkan istri dan anak-anaknya yang
kebingungan dan kekurangan, mencari istri baru dan keluarga baru untuk
membangun hidup baru. Inilah mereka yang tidak berhasil melihat peranan mereka
dengan lebih luas, melainkan hanya melihat apakah hidup ini bermanfaat bagi
mereka pribadi. Apakah yang diperoleh mereka yang berhasil menjalani fase ini
dengan sukses? Kapasitas yang luas untuk peduli. Apabila kapasitas untuk peduli
dengan partner di panggil Love oleh Erikson, maka untuk hubungan yang lebih
luas disebutnya Caring. Salah seorang psikolog yang mengkhususkan diri dalam
konsultasi dalam bidang spiritual segera pergi ke Afrika setelah membaca
tentang Aids, dan mengorbankan penghasilannya yang luar biasa. Dia adalah
contoh langsung bagi saya tentang orang-orang dengan kapasitas Caring ini.
Begitu
pula para sukarelawan yang setelah membaca tentang Alzeimer atau Ambon segera
mencari tahu apa yang mereka dapat lakukan, bukan karena ada keluarga yang
terkena tetapi karena ada orang yg menderita. Kabar baiknya adalah bahwa makin
banyak anak-anak muda yang melakukan hal ini, dan kebanyakan dari negara yang
sudah maju.
G.
Perkembangan social Masa
Dewasa madya ( Middle Adulthood).
Masa
dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai umur enam puluh
tahun.
Ciri-ciri
yang menyangkut pribadi dan sosial pada masa ini antara lain:
- Masa dewasa madya merupakan
periode yang ditakuti dilihat dari seluruh kehidupan manusia.
- Masa dewasa madya merupakan
masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan
prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan
ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru.
- Masa dewasa madya adalah masa
berprestasi. Menurut Erikson, selama usia madya ini orang akan menjadi
lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti (stagnasi).
- Pada masa dewasa madya ini
perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya,
dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi
kebutuhan pribadi dan sosial.
H.
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN
Menurut
Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan
individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil
mencapainya mereka akan berbahagia, tetapi sebaliknya apabila mereka gagal akan
kecewa dan dicela orang tua atau masyarakat dan perkembangan selanjutnya juga
akan mengalami kesulitan
Masa Usia
Madya/Masa Dewasa Madya
- Menerima dan menyesuaikan diri
terhadap perubahan fisik dan fisiologis
- Menghubungkan diri sendiri
dengan pasangan hidup sebagai individu
- Membantu anak-anak remaja
belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan berbahagia
- Mencapai dan mempertahankan
prestasi yang memuaskan dalam karir pekerjaan
- Mengembangkan kegiatan-kegiatan
pengisi waktu senggang yang dewasa
- Mencapai tanggung jawab sosial
dan warga Negara secara penuh.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pada masa
ini,ada aspek-aspek tertentu yang berkembang secara normal,aspek-aspek lainnya
berjalan lambat atau berhenti. Bahkan ada aspek-aspek yang mulai menunjukkan
terjadinya kemunduran-kemunduran. Aspek-aspek jasmaniah lamban,berhenti dan
secara berangsur menurun. Aspek-aspek psikis ( intelektual – social – emosional
– nilai ) masih terus berkembang,walaupun tidak dalam bentuk penambahan atau
peningkatan kemampuan tetapi berupa perluasan dan pematangan kualitas.
Masa
remaja merupakan masa terjadinya perubahan yang cepat bagi hal-hal fisik yang
membawa akibat-akibat terhadap perilaku dan perasaan-perasaannya. Usia setengah
baya, demikian pula. Bedanya, kalau pada masa remaja perubahan itu bersifat
pertumbuhan, maka pada masa setengah baya bersifat pemunduran.
Ciri-ciri
masa dewasa madya :
- Usia madya merupakan periode yang sangat ditakuti
- Usia madya merupakan masa transisi
- Usia madya adalah masa stress
- Usia madya adalah usia yang berbahaya
- Usia madya adalah usia canggung
- Usia madya adalah masa berprestasi
- Usia madya adalah masa evaluasi
- Usia madya dievaluasi dengan standar ganda
- Usia madya merupakan masa sepi
- Usia madya merupakan masa jenuh
Daya akomodasi mata untuk memfokuskan dan
mempertahankan gambar pada retina akan mengalami penurunan tajam antara usia 40
dan 9 tahun. Karena pada usia tersebut aliran darah pada mata juga berkurang.
Pendengaran mungkin juga mulai menurun pada usia ini yaitu mulai memasuki
usia 40.
Pada tahap Formal Operasional
Pada tahap ini perkembangan intelektual
dewasa sudah mencapai titik akhir puncaknya yang sama dengan perkembangan tahap
sebelumnya (tahap pemuda).
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock,
E.B. 2002. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta :
Erlangga.
Mappiare,
A. 1983. Psikologi Orang Dewasa, Surabaya : Usaha Nasional.
Mujib, A. 2002. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Pt Raja Grafindo.
Mujib, A. 2002. Nuansa-Nuansa Psikologi Islam, Jakarta : Pt Raja Grafindo.
Santrock,
J. W. 2002. Life Span Development, Jakarta : Erlangga.
www.scribd.com/doc/6137587/PERKEMBANGAN-DEWASA-MIDLIFE
- 110k -
diakses pada sabtu 21 Maret 2009.
http://allabout-psikologi.blogspot.com/2009/11/dewasa-madya.html
No comments:
Post a Comment